Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Cengkeh merupakan salah satu komoditas pertanian andalan Indonesia. Saat ini harga cengkeh relatif stabil dan tinggi berada di harga Rp 120.000 per kilogram (kg) di dalam negeri dengan kadar air sekitar 5%.
Ketua Umum Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI) Dahlan Said mengatakan petani cengkeh sebagian besar berada di daerah Manado, Sulawesi Selatan, dan Ternate. Mereka saat ini tengah giat-giatnya menanam cengkeh karena harganay tinggi dan pasarnya di dalam negeri tetap stabil.
"Harga cengkeh di dalam negeri sudah tinggi, dan kita tidak perlu ekspor lagi," ujar Dahlan kepada KONTAN, Kamis (21/4).
Dahlan menjelaskan, produksi cengkeh saat ini rata-rata mencapai 800 ton per hektare (ha). Produksi itu sebenarnya lebih rendah dari potensi produksi cengkeh yang bisa mencapai 2 ton per ha. Rendahnya produksi cengkeh itu disebabkan karena adanay berbagai penyakit, anomali cuaca dan hujan yang terus menerus.
Menurutnya, saat ini kebutuhan cengkeh dalam negeri 110.000 ton per tahun, dimana 93% diserap pabrik rokok dan sisanya untuk kebutuhan kosmetik dan rempah-rempah.
Tingginya harga cengkeh saat ini, papar Dahlan, membuat para petani sedang giat-giatnya menanam cengkeh. Karena itu ia memprediksi dalam waktu tiga sampai empat tahun mendatang Indonesia akan surplus atau over produksi cengkeh.
"Ini justru kita takutkan karena kelebihan produksi bisa mendorong jatuhnya harga cengkeh di bawah RP 100.000 per kg," imbuhnya.
Sementara itu, bila di ekspor, harga cengkeh juga sama dengan di dalam negeri, yakni sekitar Rp 120.000 per kg. Padahal, kalau impor ada banyak biaya yang harus dikeluarkan seperti biaya transportasi dan administrasi. Otomatis, petani lebih memilih menjual di pasar negeri ketimbang di pasar ekspor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













