kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga dunia rendah, ekspor kopi anjlok 65,38%


Jumat, 04 November 2011 / 08:47 WIB
Harga dunia rendah, ekspor kopi anjlok 65,38%
ILUSTRASI. Soccer Football - Premier League - Manchester United v Arsenal - Old Trafford, Manchester, Britain - November 1, 2020 Manchester United's Edinson Cavani. Pool via REUTERS/Phil Noble


Reporter: Handoyo |

JAKARTA. Dari bulan ke bulan sepanjang tahun ini, ekspor kopi semakin rendah. Pada bulan September lalu, ekspor kopi hanya 225.000 karung, merosot 65,38% dari ekspor tahun lalu di bulan yang sama sebesar 650.000 karung. Volume ekspor kopi itu juga yang terendah sepanjang tahun ini.

Dalam satuan ton, International Coffee Organization (ICO) mencatat ekspor kopi Indonesia September lalu hanya 13.500 ton. Angka ini turun 35,71% dari ekspor Agustus 2011 yang sebesar 350.000 karung atau 21.000 ton.

Ekspor kopi terpukul karena berbagai faktor. Menurut Sabam Malau, Ketua Forum Kopi Sumatra Utara (North Sumatra Forum Coffee/NSCF), penurunan tersebut pertama, karena ekportir kopi cenderung menahan barang karena menunggu harga tinggi. Kedua, biaya produksi naik sehingga eksportir pilih menjual ke pasar dalam negeri. Dan ketiga, produksi kopi turun karena serangan hama pengerek buah kopi (PBKo). "Selain 3 hal tersebut, juga dipengaruhi gejolak perekonomian Amerika dan Eropa," kata Sabam kepada KONTAN kemarin.

Harga kopi di pasar internasional memang sedang merosot. Di bulan September lalu, harga rata-rata harian kopi jenis robusta US$ 2,13 per pon. Namun, Oktober kemarin, harga tersebut turun 9,39% menjadi US$ 1,93 per pon.

Sadarsah, eksportir kopi asal Sumatera, mengatakan penurunan ekspor kopi lebih karena krisis kopi terjadi hampir di seluruh dunia pada 2010, dan berdampak hingga saat ini. "Cuaca yang tidak baik saat itu membuat produksi turun." kata Sadarsah.

Ia juga mengemukakan masalah lahan perkebunan kopi yang sudah tua, sehingga produktivitas kopi menurun. Oleh sebab itu ia berharap pemerintah bisa merehabilitasi lahan perkebunan. "Selama ini pemerintah tidak memperhatikan nasib petani kopi," ujar Sadarsah.

Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian Zaenal Bachruddin mengakui penurunan itu. Menurut dia, faktor utama penyebabnya adalah perekonomian global yang berimbas sampai kini.

Untungnya, walau harga kopi dunia melandai, harga biji kopi di pasar lokal cenderung meningkat. Sabam mencontohkan, selama 2 minggu terakhir, harga biji kopi dengan kondisi masih ada kulit (gabah), naik dari Rp 20.000-21.000 per kg menjadi Rp 26.000-Rp 27.000 per kg. Sedang harga jual biji kopi kupas yang tadinya Rp 50.000 per kg, kini Rp 64.000-65.000 per kg.

Meski heran melihat kondisi yang tak biasa ini, ia memperkirakan harga biji kopi di tingkat petani naik lantaran eksportir membeli dengan harga yang lebih tinggi dari harga standar.

Konsumsi kopi di dalam negeri memang cukup besar dan terus meningkat. Menurut perkiraan, saat ini, sekitar 20% hingga 30% dari total produksi kopi Indonesia adalah untuk pasar dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×