kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   -21.000   -1,06%
  • USD/IDR 16.835   40,00   0,24%
  • IDX 6.679   65,44   0,99%
  • KOMPAS100 965   12,40   1,30%
  • LQ45 750   8,15   1,10%
  • ISSI 212   1,80   0,86%
  • IDX30 390   4,00   1,04%
  • IDXHIDIV20 468   2,84   0,61%
  • IDX80 109   1,41   1,31%
  • IDXV30 115   1,81   1,60%
  • IDXQ30 128   1,06   0,84%

Harga Elektronik Naik Desember, Gerai Tahan Penjualan pada November


Jumat, 19 Desember 2008 / 10:07 WIB
Harga Elektronik Naik Desember, Gerai Tahan Penjualan pada November


Reporter: Nurmayanti |

JAKARTA. Produsen elektronika mensinyalir pemilik toko menahan diri tak menjual barangnya pada November 2008. Pemilik toko melakukan ini lantaran mengetahui rencana kenaikan harga produk elektronika yang berlangsung pada bulan Desember. Memang benar, terhitung bulan ini, produsen menaikkan harga jual produk elektronika sebesar 3% hingga 4%. Salah satu penyebabnya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang terus melemah sehingga menaikkan biaya produksi.

Itu sebabnya, kendati pada November ini penjualan elektronika naik dari Oktober namun jumlahnya dinilai tak cukup besar. Penjualan elektronika hanya naik 5,7% dengan nilai dari Rp 1,44 triliun pada Oktober menjadi Rp 1,52 triliun pada November. Sementara bila dibandingkan dengan November 2007, produk elektronika di November 2008 naik sekitar 11,4% dari Rp 1,3 triliun menjadi Rp 1, 52 triliun.

“Penjualan elektronika pada November meskipun masih naik dari Oktober, penjualan disinyalir banyak disimpan atau stocking oleh pemilik took karena adanya rencana kenaikan harga di Desember,” ujar Sekretaris Jenderal Electronic Marketer Club (EMC) Handojo Soetanto, Kamis (18/12).

Produk yang naik cukup besar dari Oktober ke November adalah audio yang naik 75,5% dari 27.878 unit pada Oktober menjadi 48.922 unit. Kemudian produk video dan disk player naik 30,8% dari 102.830 unit menjadi 78.592 unit. Mesin cuci naik sebesar 20% dari 86.197 unit menjadi 103.411 unit. Televisi naik 7,1% dari 327.619 unit menjadi 351.012 unit. Produk mesin air naik 5,5% dari 145.612 menjadi 153.657. Produk kulkas naik 2,7% dari 188.788 unit menjadi 193.962 unit. Namun, ternyata penjualan produk pendingin udara turun atau air conditioner (AC) justru turun sebesar 3,9% dari 93.780 unit menjadi 90.135 unit.

Sementara untuk produk lain seperti vacuum cleaner, oven microwave, rice cooker, gas stove dan produk elektronika lainnya tak dilansir pengusaha. “Untuk data vacuum cleaner dan produk lain bulan ini ditunda dulu (datanya) karena ada kebijakan untuk konsolidasi antar merek agar deviasi tidak besar,” ujar Handojo.

Krisis global yang saat ini sedang berlangsung juga membuat pengusaha berhati-hati ketika menetapkan target, baik penjualan maupun produksi. Itu sebabnya, pengusaha memperkirakan penjualan di semester pertama 2009 diperkirakan akan turun 10% dibandingkan semester pertama 2008.

Direktur Elektronik Departemen Perindustrian (Depperin) Syarif Hidayat mengakui berbagai hal bakal mempengaruhi penjualan elektronika di akhir tahun 2008. Seperti, pelemahan nilai tukar rupiah. Untungnya, meski krisis menghantui penjualan elektronika di November masih cukup baik. Pasalnya, menjelang akhir tahun, konsumsi elektronika pada beberapa produk naik, salah satunya audio video.

“Banyaknya hari raya mulai dari Lebaran, Natal ada melihat dari tahun sebelumnya penjualan elektronika justru memang naik,” ujar Syarif.

Selain pasar, kondisi ekonomi seperti pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar ikut menentukan kondisi harga produk elektronika. Di bulan Desember contohnya, produsen menaikkan harga lantaran biaya produksi mereka ikut naik seiring pelemahan nilai tukar rupiah ke dolar. Sebab, rata-rata transaksi pembelian bahan baku yang sebagian besar masih impor dalam bentuk dolar AS.

Setali tiga uang dengan pengusaha, pemerintah memperkirakan penjualan pada semester pertama 2009 bakal terkoreksi turun. Ketidakpastian kondisi ekonomi membuat pengusaha menahan diri untuk strategi perusahaan mereka, mulai dari produksi hingga penjualan. “Mereka (pengusaha) ingin melihat dulu kondisi perekonomian di tahun depan, secara global maupun lokal,” kata Syarif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×