kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.305.000   6.000   0,26%
  • USD/IDR 16.585   0,00   0,00%
  • IDX 8.258   6,92   0,08%
  • KOMPAS100 1.128   -3,16   -0,28%
  • LQ45 794   -6,53   -0,82%
  • ISSI 295   3,34   1,15%
  • IDX30 415   -3,30   -0,79%
  • IDXHIDIV20 467   -5,39   -1,14%
  • IDX80 124   -0,60   -0,48%
  • IDXV30 134   -0,53   -0,39%
  • IDXQ30 130   -1,48   -1,13%

Harga Hunian Bukan Satu-Satunya Kendala Gen Z Belum Punya Rumah Sendiri


Senin, 13 Oktober 2025 / 07:00 WIB
Harga Hunian Bukan Satu-Satunya Kendala Gen Z Belum Punya Rumah Sendiri
ILUSTRASI. Dok. Kontan


Reporter: Tim KONTAN | Editor: Indah Sulistyorini

KONTAN.CO.ID -  Tak kurang dari 81 juta anak muda Indonesia belum memiliki rumah. Temuan ini dilaporkan dalam survei Kementerian PUPR tahun 2019. Namun, harga rumah yang terus meningkat bukan satu-satunya penyebab. Apa faktor-faktor lain yang menghalangi Gen Z membeli rumah?

Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan jumlah penduduk produktif di Indonesia mencapai lebih dari 164 juta jiwa atau sekitar 68% dari populasi nasional pada tahun 2025. Dari jumlah tersebut, Gen Z yang lahir dalam rentang tahun 1997—2012 diproyeksikan mencapai 62 juta jiwa.

Gen Z yang berusia di akhir 20-an umumnya telah memiliki penghasilan. Tak sedikit pula yang mulai berumah tangga. Punya hunian sendiri pun menjadi kebutuhan. Meski demikian, mayoritas Gen Z merasa tidak yakin dapat membeli rumah pertama, baik dengan mencicil maupun tunai, setidaknya dalam tiga tahun ke depan.

Hal ini terungkap dalam survei yang diselenggarakan Inventure melalui Indonesia Industry Outlook (IIO) 2025. Hasil survei tersebut mencatat bahwa dua dari tiga Gen Z dari kelas menengah pesimis bisa punya rumah sendiri dalam jangka waktu dekat.

Ditelisik lebih lanjut, 65% responden yang merasa pesimis menjawab tiga alasan utama sebagai penyebabnya. Pertama, harga properti yang semakin tinggi saat ini (80%); kedua, pendapatan yang terlalu rendah (45%); dan ketiga, pekerjaan yang tidak stabil dan tetap (34%).

Berdasarkan data BPS, per Februari 2025 rata-rata gaji masyarakat Indonesia hanya Rp3.094.818 per bulan. Sementara itu, rata-rata gaji penduduk Indonesia pada rentang usia 15—29 tahun sebesar Rp2,4 juta per bulan. Jumlah penghasilan tersebut relatif hanya cukup untuk membeli kebutuhan hidup dan sulit tersisa untuk ditabung membeli rumah, bahkan untuk uang mukanya.

Melek investasi, utamakan gaya hidup

Di sisi lain, Gen Z juga telah punya kesadaran finansial yang tinggi. Digitalisasi ikut mendorong kaum muda menjadi lebih melek keuangan.

Menurut catatan Bursa Efek Indonesia (BEI), per Agustus 2025 jumlah investor pasar modal mencapai 18 juta investor. Dari jumlah tersebut, sebanyak 54,23% investor berusia di bawah 30 tahun. Adapun berdasarkan data Bappebti dan platform kripto lokal, pada September 2024, lebih dari 60% investor kripto di Indonesia berada dalam rentang usia 18—30 tahun.

Melihat data ini, seharusnya Gen Z bisa mengalokasikan pendapatan untuk berinvestasi dan mengumpulkan uang muka rumah dari hasil investasinya. Akan tetapi, survei lain menunjukkan Gen Z memiliki prioritas pengeluaran yang berbeda.

Dalam survei YouGov bertajuk “Rising Costs, Resilient Minds: Indonesia’s Personal Finance Outlook 2025”, terungkap ada tiga hal yang menjadi prioritas pengeluaran Gen Z. Sebanyak 21% responden memilih perawatan kecantikan, sedangkan 20% responden menjawab membeli pakaian, dan 14% lainnya menyebut makan di luar sebagai prioritas pengeluaran.

Gaya hidup dinamis

Prinsip YOLO (You Only Live Once) atau menikmati hidup saat ini membuat Gen Z mengalokasikan sebagian besar pendapatannya untuk gaya hidup. Namun, bukan berarti mereka benar-benar melupakan mimpi punya rumah sendiri. Mereka tetap menabung dengan fleksibel dan santai, yang diistilahkan dengan soft saving.

Gen Z pun punya kriteria rumah impian tersendiri. Dalam survei Deloitte bertajuk “2025 Gen Z and Millenial Survey”, 65% Gen Z mau membayar lebih untuk produk dan layanan yang mengedepankan keberlanjutan, termasuk hunian. Selain ramah lingkungan, Gen Z juga mempertimbangkan hunian dengan akses mudah dan fasilitas memadai untuk menunjang kenyamanan hidup.

Di samping itu, Gen Z saat ini cenderung menerapkan gaya hidup yang dinamis. Tren digital nomad bertambah marak usai pandemi COVID-19. Semakin banyak Gen Z yang menjalankan tren ini, yakni bekerja jarak jauh dari berbagai lokasi di seluruh dunia berbekal laptop dan koneksi internet stabil.

Itu sebabnya, membeli rumah tidak lagi menjadi prioritas Gen Z. Berbeda dengan generasi X atau baby boomer yang menjadikan rumah sebagai investasi, Gen Z lebih memilih berinvestasi di instrumen yang likuid dengan imbal hasil tinggi seperti saham dan kripto. Jika berencana memiliki rumah, mereka akan menabung dengan cermat untuk membeli hunian yang sesuai dengan kebutuhan dan gaya hidup.

Tertarik mengulik lebih dalam mengenai penyebab fenomena Gen Z belum memiliki rumah? Gabung di podcast Ruang Ratih dari Semen Merah Putih, episode 1 tayang 17 Oktober 2025 di kanal YouTube dan Instagram resmi @semenmerahputih.

Selanjutnya: Trump Bilang Jangan Cemas soal China, Pasar Kripto Langsung Bangkit

Menarik Dibaca: Promo Bakmi GM Serbu Serba Rp 22.000-an di Seluruh Outlet, Cuma 13-24 Oktober

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×