Reporter: Lita Febriani | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Berdasarkan survey yang dilakukan ombudsman selama periode 2015-2018 Indonesia mengimpor jagung sebanyak 5,7 juta ton. Impor dan ekspor jagung tahun lalu dinilai Direktur Utama PT BISI International Tbk (BISI) seimbang.
"Saya rasa begini, kalau kita lihat produksi jagungnya sendiri tahun lalu kan cukup. Misalnya ekspor ada sekitar 300.000 ton. Kemudian impornya hanya 100.000 ton lebih, berarti kan cukup. Memang ada ekspor ada impor, tapi secara totalnya surplus," kata Jemmy Eka Putra, Dirut BISI saat ditemui usai RUPS di Jakarta, Senin (11/2).
Jemmy menambahkan impor jagung ada perlu dan tidaknya. Hal itu harus kembali dilihat pada kebutuhan. Musim juga berpengaruh pada penyerapan komoditas ini menurut Jemmy. Jika musim hujan dan kemarau datang tepat waktu, dapat dipastikan tak akan terjadi masalah dalam ketersediaan jagung.
"Kan ada musim tanamnya. Berpengaruh juga apakah hujannya datang lebih cepat atau lambat. Itu yang saya pikir menyebabkan mix match kapan produksinya muncul kapan penyerapannya," tambah Dirut BISI.
Tahun ini pemerintah sudah menugaskan bulog untuk menyerap hasil panen petani. Jikalau bulog bisa menyerap sekitar 1 juta ton itu bisa menjadi cadangan ketersediaan jagung. "Kalau bulog bisa menyerap sekitar 1 juta hektar, itu bisa dijadikan stok cadangan pada saat antara musim panen atau kebutuhan tidak pas, disitulah bulog bisa membantu," terang Jemmy.
Mengenai serapan BISI pada tahun lalu memcapai sekitar 30.000 ton untuk 2 juta hektar lahan. Sementara produksinya mencapai sekitar 36.000 - 37.000 ton atau sekitar 80%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News