Reporter: Handoyo | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Harga minyak goreng cenderung menyusut. Di awal tahun ini, rata-rata harga minyak goreng Rp 10.000 per kilogram (kg) atau menyusut
13% dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 11.500 per kg.
Ketua Umum Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga, mengatakan, fluktuasi harga minyak goreng dipengaruhi harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). "Harga CPO awal tahun lalu masih tinggi dibanding saat ini," kata dia, Kamis (7/2).
GIMNI mencatat, harga rata-rata CPO pada awal 2012 masih US$ 900 per ton. Sedangkan di awal 2013, harga rata-rata CPO melorot 8,89%, menjadi US$ 820 per ton.
Di sisi lain, produksi minyak goreng domestik sangat minim dibanding total produk olahan CPO. Di tahun lalu, produksi minyak goreng hanya 13,2% atau 3,3 juta ton dari kapasitas terpasang pabrik CPO yang mencapai 25 juta ton. Sedangkan total produksi olahan CPO setara 85% dari kapasitas terpasang atau 21,25 juta ton.
Seiring penerapan bea keluar (BK) CPO, produksi minyak goreng diperkirakan terus meningkat. Pada tahun ini, produksi minyak goreng diproyeksikan meningkat 9%, menjadi 3,6 juta ton.
Salah satu produsen minyak goreng yang berniat mengerek produksi adalah PT Tunas Baru Lampung Tbk. Produsen minyak goreng merek Rose Brand ini menargetkan produksi tahun ini seberat 1.500 ton per hari. Jumlah ini menanjak 50% ketimbang realisasi produksi 2012, sebesar 1.000 ton per hari.
Perusahaan berkode saham TBLA saat ini mengoperasikan tiga pabrik minyak goreng, diantaranya berada di Lampung dan Palembang. Tahun ini, Tunas Baru segera menambah kapasitas produksi sebesar 500 ton per hari.
Deputy President Director Tunas Baru, Sudarmo Tasmin, mengatakan, permintaan minyak goreng dalam negeri terus meningkat. Inilah yang mendorong Tunas Baru menggenjot produksi. "Kami melihat kebutuhan minyak goreng dalam negeri cukup tinggi," kata Sudarmo.
Per akhir September 2012, Tunas Baru Lampung mengantongi pendapatan senilai Rp 2,86 triliun. Jumlah ini menyusut 3,38% dibandingkan pendapatan di periode yang sama 2011. Laba bersih per 30 September 2012 juga turun 41,67% year-on-year, menjadi Rp 214,58 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News