Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor biji kakao Indonesia pada Juli 2025 sebesar US$ 7,6 juta, turun sekitar 5% dibandingkan Juni yang mencapai US$ 8 juta. Nilai tersebut menjadi yang terendah sejak April 2025.
Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI) Arief Zamroni mengatakan, penurunan ekspor bukan disebabkan oleh turunnya produksi, melainkan akibat pelemahan harga kakao global.
“Penyebab utamanya karena harga. Trennya sedang turun, jadi eksportir menahan pembelian dan belum berani belanja banyak menunggu harga stabil,” ujar Arief kepada Kontan.co.id, Kamis (9/10/2025).
Baca Juga: Ekspor Olahan Kakao Capai US$ 2,4 Miliar, Kemenperin Beberkan Dinamikanya
Berdasarkan data International Cocoa Organization (ICCO), harga kakao dunia memang terkoreksi tajam pada Juli 2025.
Harga terendah tercatat di pertengahan Juli, yakni US$ 6.443 per ton di London dan US$ 7.315 per ton di New York, level terendah dalam tujuh bulan terakhir.
Meski ekspor melambat, produksi kakao nasional tetap stabil. Arief menyebut pasokan biji di tingkat petani maupun pengepul sejauh ini aman.
Ia memperkirakan produksi nasional tahun ini bisa mencapai 310.000 ton, meningkat dari sekitar 290.000 ton pada tahun lalu.
“Saya yakin tahun ini produksi naik. Program kakao nasional juga sedang berjalan, seperti peremajaan dan rehabilitasi. Mungkin hasil nyatanya baru terasa tiga tahun lagi,” jelasnya.
Arief menambahkan, cuaca yang lebih bersahabat serta harga domestik yang masih tinggi di atas Rp 50.000 per kilogram membuat semangat petani meningkat.
“Sekarang petani sedang semangat-semangatnya karena harga di atas Rp 50.000 per kilo sudah sangat menguntungkan,” ujarnya.
Baca Juga: Bebas Tarif 19% Jadi Kunci Jaga Daya Saing Kakao Indonesia di Pasar AS
Menurutnya, pasar ekspor kakao Indonesia masih terbuka luas ke berbagai negara. Namun, ia menekankan pentingnya dukungan konektivitas dan kebijakan pemerintah untuk memperkuat akses pasar, sekaligus mendorong ekspor produk olahan kakao bernilai tambah.
“Saya berharap ke depan ekspor tidak hanya biji mentah, tapi juga produk jadi,” kata Arief.
Ia juga menilai dukungan pemerintah melalui program Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) cukup positif dalam memperkuat sektor kakao nasional.
“Kalau program BPDP dijalankan optimal, itu sudah luar biasa,” tutupnya.
Selanjutnya: Emas Tembus US$4.000 per Ons, Trump Efek Dorong Reli Perak, Platinum, dan Paladium
Menarik Dibaca: 6 Manfaat Kolagen untuk Rambut Sehat dan Kuat, Cari Tahu Yuk!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News