Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kementerian Perdagangan mencatat, kakao dan produk olahannya menjadi komoditas nonmigas dengan pertumbuhan ekspor tertinggi pada semester I-2025, yakni melonjak hingga 129,86% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menilai lonjakan ini salah satunya dipicu dampak perang dagang global yang memicu trade diversion atau peralihan arus perdagangan, sehingga membuka peluang besar bagi Indonesia.
Baca Juga: Ekspor Biji Kakao RI Berpotensi Terkoreksi, APKAI Soroti Arah Hilirisasi
Namun, ia mengingatkan prospek ekspor ke Amerika Serikat berpotensi tertekan dengan diterapkannya tarif impor 19% oleh negara tersebut.
“Untuk pasar AS, tarif kita lebih tinggi dibanding negara produsen kakao lain, seperti Pantai Gading, Ghana, Nigeria, dan Ekuador. Indonesia harus berupaya agar kakao bisa masuk Generalized System of Preferences (GSP) sehingga bebas tarif,” ujarnya kepada Kontan, Senin (11/8).
Wijayanto menambahkan, selain AS, pasar Uni Eropa memiliki potensi besar, terutama setelah perjanjian kerja sama ekonomi komprehensif Indonesia–Uni Eropa (IEU-CEPA) ditandatangani.
Ia menilai kesepakatan itu akan membuka akses pasar yang lebih luas sekaligus menjaga momentum pertumbuhan ekspor kakao Indonesia.
Baca Juga: Menko Airlangga Sebut Sawit, Kopi dan Kakao Bisa Dapat Tarif 0% dari AS
Selanjutnya: Pasar Semen Moderat, INTP Andalkan Efisiensi untuk Jaga Kinerja
Menarik Dibaca: Film Sukma Merilis Official Trailer & Poster, Tayang di Bioskop 11 September
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News