Reporter: Noverius Laoli | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Harga karet alam diprediksi masih akan terus tertekan sampai semester pertama tahun 2015. Harga karet alam diperkirakan akan kembali bergairah di kuartal IV 2015, seiring dengan menipisnya stok karet di negara-negara tujuan ekspor.
Ketua Dewan Karet Indonesia Azis Pane mengatakan, saat ini harga dasar karet alam sudah jatuh di pasar internasional. Oleh karena itu, sangat sulit mengharapkan harga karet akan naik dalam waktu dekat. Apalagi harga karet sangat berkaitan dengan harga minyak saat ini juga merosot. "kalau harga minyak naik, harga karet juga naik," ujarnya kepada KONTAN akhir pekan lalu.
Azis memprediksi harga karet akan naik pada kuartal ke IV tahun 2015. Hal itu terjadi karena stok karet di negara tujuan ekspor seperti Tiongkok dan Jepang akan turun. Sebab pada awal tahun ini, produksi karet diprediksi turun karena musim hujan. Selain itu, petani karet juga sudah mulai mengurangi produksi karena harga yang rendah.
Saat ini harga karet di tingkat petani rata-rata antara Rp 4.000 sampai Rp 6.000 per kilogram (kg). Azis memprediksi mulai Oktober 2015, harga karet akan mulai merangkat naik melebihi Rp 6.000 per kg di tingkat petani.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemdag) Partogi Pangaribuan mengatakan, harga karet alam internasional turun US$ 157,2 sen per kg per Januari 2015 dari US$ 222,5 sen pada Januari 2014. Menurutnya hal itu terjadi karena munculnya negara produsen baru antara lain Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam yang menyebabkan stok karet dunia berlebihan.
Akibat munculnya negara baru penghasil karet, pengendalian harga yang dilakukan International Tripartite Rubber Council (ITRC) tidak efektif. Apalagi anggota ITRC hanya Thailand, Malaysia, dan Indonesia.
Seorang petani karet asal Siboga, Sumatera Utara, Yunisa Gea mengatakan, harga karet sejak beberapa bulan terakhir di tingkat petani hanya sektiar Rp 6.000 - Rp 6.800 per kg. "Sudah beberapa bulan ini harga karet mentok di harga Rp 6.800 per kg," ujarnya.
Ia mengatakan saat ini produksi karet di tingkat petani makin sedikit. Pasalnya, musim hujan yang sudah berlangsung beberapa bulan ini membuat petani makin sulit menyadap karet. Sementara harga-harga kebutuhan pokok terus merangkat naik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News