kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga karet kering di Sambas masih Rp 7.000/kg


Senin, 05 Januari 2015 / 16:01 WIB
Harga karet kering di Sambas masih Rp 7.000/kg
ILUSTRASI. Manfaat wortel untuk kesehatan tubuh.


Sumber: Antara | Editor: Uji Agung Santosa

PONTIANAK. Harga karet kering di Kecamatan Teluk Keramat, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat, berada di kisaran Rp 7.000 /kilogram.  "Kami berharap harga karet kembali normal seperti awal tahun 2014 lalu yang sempat seharga Rp 15.000/kilogram," kata Jumala, salah seorang petani karet di Desa Pipit Teja, Senin (5/1).

Akibat anjloknya harga karet, penghasilan petani karena turun drastis. Hal itu berpengaruh terhadap daya beli masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Penghasilan saya, biasanya Rp 75.000 /hari kalau harga karet Rp 15.000/kilogram dengan hasil setiap turun menyadap karet sebanyak lima kilogram/hari, tetapi sekarang tinggal Rp 35.000/hari," ungkapnya.

Menurut dia, dengan penghasilan Rp 35.000 /hari dan kondisi sekarang, maka dia dan keluarganya harus berhemat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Harga kebutuhan sehari-hari sekarang serba mahal, pasca diumumkannya kenaikan harga BBM oleh pemerintah beberapa waktu lalu. Dan anehnya setelah harga BBM bersubsidi diturunkan, harga berbagai kebutuhan pokok tidak ikut turun," ujar ibu lima anak tersebut.

Hal senada juga diakui oleh Suhartik. "Dengan penghasilan sekarang saya harus belanja harian untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari," ujarnya.

Jumala dan Suhartik sama-sama berharap harga karet kembali normal agar penghasilan petani karet di Sambas kembali seperti sebelumnya. "Dengan penghasilan sekarang, kami harus berhemat agar dapur tetap berasap (tetap bisa makan)," ungkapnya.

Selain itu, petani karet di Desa Pimpinan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, mereka terpaksa kerja sampingan seperti buruh ladang dan bangunan, serta pinjam atau mengutang ke pemilik toko karena hasil panen karet tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×