Reporter: Amailia Putri Hasniawati |
JAKARTA. Melambungnya harga karet di pasar internasional membuat petani karet betah menyadap karet. Alhasil, rencana revitalisasi tanaman karet tertunda.
Direktur Jenderal Perkebunan Achmad Mangga Barani menyatakan, pemerintah berencana meremajakan lahan karet seluas 400.000 hektar hingga tahun 2011 mendatanag. Besaran lahan tersebut baru 15% dari total areal perkebunan karet yang ada di Indonesia.
“Sebenarnya peremajaan cocok dilakukan bila harga karet sedang rendah. Harga tinggi seperti saat ini membuat mereka tergerak untuk terus berproduksi," kata Mangga. Bahkan, imbuhnya, PTPN III juga menunda rencana peremajaan lahan karet ini.
Program revitalisasi ini sudah menggelinding sejak dua tahun silam. Pada tahun 2008, luas lahan yang berhasil direvitalisasi sebesar 40.000 hektar. Tahun 2009, luasan lahan yang direvitalisasi meningkat, yaitu 55.000 hektar. "Tahun ini rencananya meremajakan lahan seluas 50.000 hektar sampai 70.000 hektar," kata Mangga.
Program revitalisasi tersebut diarahkan pada hutan-hutan karet yang tidak tergarap yang terdapat di seluruh provinsi. Diantaranya di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimanta Tengah.
Peremajaan dilakukan agar produktivitas bisa meningkat menjadi 1,5 ton per hektar dari saat ini yang hanya 990 kg -1 ton per hektar. Maklum, produktivitas itu masih terbilang rendah ketimbang negara-negara penghasil karet. Contohnya, tingkat produktivitas di Thailand 1,690 ton per hektar dan Malaysia mencapai 1,430 ton per hektar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News