kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga kedelai merangkak lagi


Selasa, 01 Maret 2011 / 10:37 WIB
Harga kedelai merangkak lagi
ILUSTRASI. Virtual Assistant Chat Banking BCA atau VIRA


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Harga kedelai kembali menggeliat naik setelah awal pekan lalu sempat melandai. Sepekan ini, harga kedelai naik 0,8%.

Bloomberg mencatat, harga kedelai untuk pengiriman Maret 2011 naik pada transaksi di Chicago Board of Trade (CBOT) Jumat (25/2) menjadi US$ 13,94 per bushel (27,2 kilogram). Pada Senin awal pekan lalu (22/2), harga tersebut bertengger di angka US$ 13,83 per bushel.

Namun, kenaikan harga kedelai pekan lalu masih masih berada di bawah harga tertinggi yang terjadi pada (9/2). Saat itu, harga kedelai sempat menembus US$ 14,46 per bushel. Benny A. Kusbini, Ketua Umum Dewan Kedelai Nasional (DKN) bilang, kenaikan harga kedelai itu merupakan kondisi yang wajar dan sudah bisa diprediksi sebelumnya.

Ia bilang, jika terjadi penurunan harga kedelai, maka penurunan itu hanya menjadi gejolak sementara. Secara umum, harga kedelai diperkirakan Benny akan terus bergejolak. Ada sejumlah faktor yang menyebabkan harga kembali naik. Pertama-tama adalah karena produksi di negara produsen kedelai seperti seperti Amerika Serikat (AS), Brasil dan Argentina turun. Penyebabnya adalah karena anomali cuaca yang membuat gagal panen.

Celakanya, permintaan kedelai terus meningkat. Faktor kedua adalah naiknya permintaan kedelai untuk biofuel pasca kenaikan harga minyak dunia. Biji-bijian yang menjadi sumber protein manusia ini juga mulai diolah menjadi bahan bakar. "Tarik-menarik pasokan kedelai untuk biofuel dan konsumsi manusia sudah terjadi," jelas Benny.

Produksi nasional loyo

Walaupun harga tinggi, ternyata petani Indonesia tidak bisa mengambil keuntungan berlimpah. Produksi tahun ini berpotensi lebih rendah dibandingkan tahun lalu.

Sebagai gambaran, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi kedelai tahun 2010 hanya 905.020 ton, turun 69.500 ton (7,13%) ketimbang produksi kedelai tahun 2009 lalu. Benny mencatat, produksi kedelai tahun ini bisa turun lebih rendah. "Tahun ini produksi bisa turun menjadi 700.000 ton, karena cuaca basah" jelas Benny.

Pemerintah mengakui ada ancaman penurunan produksi kedelai itu. Direktur Jenderal Tanaman, Kementerian Pertanian, Udhoro Kasih Anggoro pernah menyatakan bahwa ancaman penurunan produksi kedelai tahun ini datang dari faktor cuaca.

Selain itu, tanaman kedelai juga terancam serangan hama penyakit. Sebagai perbandingan, jumlah hama kedelai lebih banyak ketimbang hama yang menyerang kedelai.

Kendati ada ancaman penurunan produksi, Kementan tetap memperkirakan bahwa produksi kedelai di Indonesia tahun ini mencapai 1,1 juta ton. Perkiraan produksi itu lebih tinggi dibanding dengan hasil panen tahun 2010.

Mukhlisin, salah seorang petani kedelai asal Jember, Jawa Timur yang juga Ketua bidang Kerjasama Antar Lembaga DKN, menilai bahwa perkiraan pemerintah terlalu muluk karena panen kedelai di Indonesia sulit mencapai angka tersebut. "Kalau kondisinya masih hujan, paling produksi kedelai hanya mencapai 60% dari perkiraan itu," ujarnya kepada KONTAN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×