Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan harga kedelai global turut menjadi perhatian para pengimpor komoditas tersebut. Walau demikian, sejauh ini belum ada kesulitan operasional yang ditemui oleh para importir kedelai asal Indonesia.
Direktur Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) Hidayat menyampaikan, kenaikan harga kedelai global sejatinya sudah terjadi sejak tahun lalu dan masih terjadi hingga kini. Alhasil, mau tidak mau harga kedelai yang dijual di pasar domestik juga ikut mengalami kenaikan.
“Harga kedelai sekarang sudah US$ 16 per bushel dari sebelumnya US$ 15 per bushel. Pengimpor pun menjual kedelainya di dalam negeri dengan kenaikan yang sesuai kondisi di pasar global,” ungkap dia, Selasa (1/3).
Pada dasarnya, para importir kedelai belum menemui masalah dalam mengimpor komoditas tersebut. Adanya konflik Rusia-Ukraina juga tidak berpengaruh bagi importir kedelai karena pasokan kedelai untuk Indonesia mayoritas berasal dari Amerika Serikat, Kanada, dan Amerika Latin.
Hanya memang, konflik di Eropa Timur tersebut jelas memicu berlanjutnya kenaikan harga kedelai global. Sebab, Ukraina dikenal sebagai produsen minyak nabati yang berasal dari jagung dan biji bunga matahari.
Baca Juga: Lonjakan Harga Komoditas Akan Mempengaruhi Bisnis Pelaku Usaha Pangan Domestik
Ketika terjadi konflik, suplai minyak nabati dari jagung dan biji bunga matahari otomatis tersendat, sehingga konsumen mesti mencari alternatif lain.
Kondisi ini membuat permintaan kedelai semakin tinggi, baik untuk kebutuhan pangan maupun energi seperti minyak nabati. Padahal, suplainya tidak mengalami kenaikan, bahkan terbatas.
AS pun lebih memprioritaskan kebutuhan domestiknya terlebih dahulu, baru kemudian memenuhi kebutuhan di pasar global.
Hidayat tak memungkiri bahwa para pelaku industri pangan domestik yang bergantung pada impor kedelai mengalami tekanan. Terbukti, para pengrajin tahu tempe di berbagai wilayah sempat melakukan aksi mogok operasional beberapa waktu yang lalu.
“Kalau saya melihat, tujuan produsen tahu tempe mogok itu juga untuk edukasi ke masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat perlu sadar bahwa harga tahu tempe dipengaruhi oleh harga kedelai global,” terang dia.
Di samping itu, lanjut Hidayat, tertekannya pelaku industri pangan domestik juga membuat impor kedelai Indonesia cenderung mengalami penurunan.
Catatan Akindo, dalam dua tahun terakhir (2020-2021), rata-rata impor kedelai Indonesia berkisar 2,4 juta ton. Padahal, sebelum periode tersebut, impor kedelai bisa mencapai kisaran 2,6 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News