kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga komoditas lemah, bisnis alat berat di paruh kedua masih lemah


Senin, 17 Agustus 2020 / 10:45 WIB
Harga komoditas lemah, bisnis alat berat di paruh kedua masih lemah
ILUSTRASI. Industri alat berat


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau perekonomian sudah kembali berjalan, namun sejumlah emiten alat berat masih menganggap prospek bisnis alat berat di paruh kedua tahun ini abu-abu. Ini membuat perusahaan alat berat kesulitan memproyeksikan kinerja di tahun ini. 

Sekretaris Perusahaan PT United Tractors Tbk (UNTR) Sara K. Loebis menjelaskan, prospek penjualan alat berat ke seluruh sektor, termasuk tambang di semester kedua tahun ini masih lemah. 

"Masih lemah karena tertekan oleh harga komoditas yang rendah dan terhambat nya proyek-proyek karena pandemi Covid-19," kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat (14/8). 

Baca Juga: Gara-gara pandemi Covid-19, utilisasi pabrik alat berat tinggal 30%

Bahkan Sara menambahkan, rasanya sulit untuk meningkatkan penjualan alat berat di semester II 2020 ini sebab masih banyak tantangan yang harus dihadapi emiten alat berat ini. 

Sara menyebut, selain pandemi Covid-19 membuat proyek-proyek agak terhambat atau tertunda, pelaku bisnis industri alat berat perlu menggeser fokus bisnis pada survival mode atau bertahan. Sehingga produsen seharusnya lebih memilih wait & see dibandingkan investasi alat baru.

"Oleh karenanya United Tractors memfokuskan bisnis pada mendukung pelanggan melalui layanan purna jual," lanjut Sara. 

Dihubungi terpisah, Presiden Direktur PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) Djonggi Gultom bilang, prospek di semester kedua, permintaan dan pasokan akan lebih membaik tetapi belum bisa seperti di tahun 2019. 

"Adapun saat ini sektor yg memberikan peluang besar adalah sektor agrikultur seperti minyak sawit dan kehutanan. Sampai akhir tahun kedua sektor ini bisa berkontribusi sebanyak 50% bahkan lebih ke pendapatan dan sisanya dari penjualan spareparts dan jasa servis," jelas Djonggi. 

Baca Juga: Usai anjlok 50%, penjualan alat berat United Tractors (UNTR) bangkit di 2021

Meski sudah ada peluang dari kedua sektor tersebut, Djonggi menyebut, masih banyak tantangan yang dihadapi HEXA di paruh kedua tahun, salah satunya adalah penurunan permintaan karena daya beli yang menurun. Penurunan permintaan karena harga komoditas yang anjlok. 

Oleh karenanya, HEXA belum bisa memproyeksikan kinerja di tahun fiskal 2021. Lantas, agar dapat terus bertahan di tengah bada pandemi virus corona, HEXA telah menyiapkan fasilitas pembiayaan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×