kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga kopi robusta melambung, petani lokal tak ikut mencicipi wanginya


Jumat, 18 Maret 2011 / 15:17 WIB
Harga kopi robusta melambung, petani lokal tak ikut mencicipi wanginya
ILUSTRASI. The logo of SoftBank Group Corp is displayed at SoftBank World 2017 conference in Tokyo, Japan, July 20, 2017. REUTERS/Issei Kato


Reporter: Herlina KD | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Kemarau panjang yang mengakibatkan kekeringan diperkirakan akan melanda Vietnam, penghasil kopi robusta terbesar di dunia. Alhasil, harga kopi robusta akan melambung karena pasokannya turun.

Sekitar 3.000 hektare (ha) kebun kopi dan 700 ha sawah di Provinsi Dak Lak, Vietnam terancam tidak mendapat pasokan air. Departemen Irigasi Provinsi Dak Lak menyatakan tingkat permuaan air di bendungan di daerah itu hanya mencapai 60% dari kapasitasnya. "Hampir 5.000 hektar lahan yang bergantung pada irigasi saat ini kekurangan air," jelas laporan yang dikutip Bloomberg Jumat (18/3).

Akibat kekeringan ini, produksi kopi Vietnam terancam anjlok. Akibatnya, harga kopi robusta bakal terus melambung. Di bursa London (London International Financial Futures and Options Exchange (Liffe) untuk pengiriman Mei 2011 ada di level US$ 2.615 per ton. Harga ini sudah melompat jauh dari harga rata-ratanya sejak Oktober 2010 hingga Maret 2011 yang sebesar US$ 2.043 per kg.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Rachim Kaitabrata mengungkapkan, tanaman kopi sangat sensitif terhadap iklim basah maupun kering. "Kalau melihat iklim di Vietnam yang terancam kekeringan, kemungkinan produksi kopi bisa memburuk," ujarnya kepada KONTAN Jum'at (18/3).

Akibatnya, kata Rachim harga kopi robusta akan terus merangkak naik. Sebenarnya, sebagai penghasil kopi terbesar ketiga, Indonesia memiliki peluang untuk mendongkrak produksi kopinya di saat harga kopi dunia melambung. "Dengan harga kopi yang tinggi, maka petani akan tertarik untuk menanam kopi," katanya.

Asal tahu saja, selama ini total ekspor kopi Indonesia sekitar 350.000 ton per tahun. "Dari jumlah itu, sekitar 85% adalah kopi robusta," ungkap Rachim. Sedangkan Vietnam, setiap tahunnya memasok kopi sekitar 900.000 ton untuk pasar internasional.

Sayangnya, peluang Indonesia untuk mendongkrak produksi kopi sepertinya sulit diwujudkan. Masalahnya, saat ini musim basah masih melanda sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Lampung sebagai produsen kopi robusta.

Berdasarkan laporan dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kamis (17/3) harga kopi di Kabupaten Rejanglebong, Bengkulu justru mengalami penurunan. Harga kopi asalan di Rejanglebong saat ini sebesar Rp 12.000 per kg. Padahal, bulan lalu harga kopi asalan di daerah ini mencapai Rp 17.000 per kg.

Sebelumnya Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Gamal Nasir mengakui, serangan hama telah menggerus produksi kopi nasional. Tahun 2010 lalu, produksi kopi turun 12,09% menjadi 600.000 ton dari tahun 2009 yang sebanyak 682.591 ton. "Hama dan hujan yang tinggi jadi penyebab utama penurunan itu," ujarnya beberapa waktu lalu. Untuk tahun ini, Kementan mematok target produksi kopi sebesar 709.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×