Reporter: Venny Suryanto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat penerbangan Alvin Lie melihat, prospek bisnis penerbangan mulai bangkit pada tahun ini. Terutama pemulihan penerbangan di sektor domestik.
Menurutnya, bisnis transportasi udara sebetulnya cukup memberikan peluang untuk optimistis di Indonesia. Seiring melandainya kasus Covid-19 serta kebijakan pembatasan yang mulai dilonggarkan.
“Namun kita perlu berhati-hati karena daya beli masyarakat masih cukup rendah sehingga keperluan bepergian naik pesawat bukan menjadi prioritas,” kata Alvin saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (25/4).
Adapun beberapa tantangan yang akan di hadapi lainnya yakni harga minyak dunia yang naik luar biasa. Menurutnya ini menyebabkan biaya operasi penerbangan naik hingga 15%.
Baca Juga: Harga Minyak Tertekan Lockdown Shanghai, Brent ke US$102,02 dan WTI ke US$97,96
“Di mana tentu berdampak pada harga tiket, sehingga dengan harga tiket yang naik ini akan berpengaruh pada daya beli yang lemah,” tutur dia.
Faktor ketiga yakni kekhawatiran pada pemulihan ekonomi yang belum pulih dari resesi. Hal ini dikhawatirkan dapat membuat ekonomi Indonesia dapat melemah dengan faktor-faktor yang ada.
Namun demikian, dia melihat tahun ini bisnis maskapai tentu akan lebih baik dari tahun sebelumnya. Lantaran ada pemain-pemain baru yang hadir seperti Pelita Air dan Super Air Jet yang makin agresif menambah rute penerbangan.
“Saya kira ini akan memberikan pilihan bagi masyarakat untuk memilih maskapai penerbangan dengan instrumen harga yang berbeda-beda, dan tentunya persaingan akan semakin ketat,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News