Reporter: Filemon Agung | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga minyak dunia sebagai imbas konflik Rusia-Ukraina berpotensi mempengaruhi harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi mengungkapkan, meroketnya harga minyak dunia mencapai US$ 105 per barel tidak menguntungkan Indonesia yang tergolong negara net importer.
"Bahkan harga minyak itu justru merugikan dan memperberat beban APBN," ujar Fahmy dalam keterangan resmi yang diterima Kontan, Jumat (25/2).
Baca Juga: Perluas Sanksi ke Rusia, Jepang Kini Targetkan Lembaga Keuangan
Sebelumnya, Kementerian ESDM memperkirakan tren kenaikan harga akan semakin meningkat setelah konflik terbaru Rusia dan Ukraina hari ini.
"Hari ini sebagaimana diketahui, konflik Rusia dan Ukraina, dan terjadi di tengah pandemi Covid, semakin membuat tren harga minyak yang sudah meningkat, akan semakin meningkat, " ungkap Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Jumat (25/2).
Fahmy mengungkapkan, Pemerintah tidak cukup hanya memantau perkembangan, tetapi harus mengantisipasi dan membuat proyeksi harga minyak yang menjadi dasar dalam mengambil keputusan terkait harga BBM di dalam negeri.
Baca Juga: Serang Ukraina, Jepang Perluas Sanksi Ekonomi Terhadap Rusia
"Kalau harga BBM tidak dinaikkan, Pertamina harus menjual BBM di bawah harga keekonomian, yang berpotensi menanggung beban kerugian," jelas Fahmy.