Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Sebagai negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, harusnya harga minyak goreng di Indonesia lebih murah dibandingkan negara lain. Namun, harapan ini masih jauh dari kenyataan. Tak perlu melihat banderol harga minyak goreng kemasan yang memang sudah sangat tinggi, indikator mahalnya harga minyak goreng bisa dilihat dari komoditas minyak goreng curah yang beredar di pasaran.
Harga minyak goreng curah di pasaran saat ini berkisar antara Rp 11.600-Rp 13.000 per liter. Harga itu jauh di atas harga acuan minyak goreng yang ditetapkan Kementerian Perdagangan (Kemdag) yakni Rp 10.500 per liter. Karena itu, Kemdag akan memanggil industri minyak goreng dan asosiasi dalam waktu dekat untuk meminta kembali komitmen mereka untuk menjual sesuai harga acuan.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan bahwa pemerintah telah menentukan harga acuan minyak goreng curah untuk membantu masyarakat yang sebagian besar daya belinya masih rendah. Namun, ketentuan ini tidak berjalan sehingga Kemdag akan memaksa industri produsen minyak goreng untuk menurunkan harga.
Enggartiasto menilai, harga minyak goreng curah sekarang bertengger kelamaan di atas harga acuan. "Jumat (24/3), saya akan panggil lagi asosiasi dan pemilik industri untuk meminta mereka menurunkan harga minyak goreng," ujarnya, Rabu (22/3).
Enggartiasto ingin mengetahui alasan industri masih menjual minyak goreng curah dengan harga tinggi. Ia bilang apabila industri berdalih harga minyak goreng tinggi karena harga bahan baku minyak kelapa sawit dalam tren tinggi, maka dia mengancam akan mendorong penurunan harga kelapa sawit ke depannya. "Harga sawit tinggi kalau ujungnya membuat rakyat susah buat apa," ungkapnya.
Ia bilang, pengusaha minyak goreng tak akan rugi apabila menjual minyak goreng curah di harga Rp 10.500 per liter karena mayoritas produsen minyak goreng curah besar punya lebih dari satu anak perusahaan yang memproduksi minyak goreng sehingga keuntungannya pun tinggi.
Distribusi yang panjang
Enggartiasto mengultimatum para produsen minyak goreng curah agar saat Lebaran tahun ini harganya sudah sesuai ketentuan Kemdag. Bila tidak, Kemdag akan membuat evaluasi soal keuntungan yang boleh diperoleh produsen minyak goreng.
Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Tradisional (IKAPPI) Abdullah Mansuri mengatakan kebijakan Kemdag menekan harga minyak goreng harus dibarengi dengan kerja nyata di lapangan. Kemdag harus mengawasi distribusi minyak goreng sehingga ada data soal harga industri menjual minyak goreng di tingkat agen atau pedagang.
Menurutnya, rantai distribusi yang panjang pada komoditas minyak goreng menjadi penyebab harganya masih tetap tinggi saat ini.
Ketua Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga menyatakan, mahalnya harga minyak goreng curah saat ini bukan sepenuhnya salah pabrik minyak goreng. Sebab saat ini, rata-rata harga minyak goreng curah di pabrik sebesar Rp 9.280 per liter.
Seharusnya harga minyak goreng curah ini sampai ke pasar dengan kenaikan maksimum 13% atau sekitar 10.400 per liter. "Jadi kami agak kecewa juga di pasar pedagang menjual lebih mahal. Pengawasan pemerintah harusnya diarahkan kepada pedagang ini," sesalnya.
Komisaris Utama Wilmar Group Master Parulian Tumanggor memastikan perusahaannya akan menaati perintah yang dikeluarkan Kemdag bahwa minyak goreng curah harus dijual dengan harga Rp 10.500 per liter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News