Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukaka Teknik Utama Tbk (BUKK) ungkap kenaikan harga minyak mentah ditambah dengan melemahnya nilai Rupiah memang memberikan dampak terhadap kinerja perseroan.
Untuk dicatat, harga minyak naik pada perdagangan Rabu (18/10) pagi. Pukul 06.34 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman November 2023 di New York Mercantile Exchange ada di US$ 87,92 per barel, naik 1,45% dari sehari sebelumnya yang ada di US$ 86,66 per barel.
Kemudian nilai tukar rupiah di kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga masih dalam tren pelemahan pada hari ini. Rabu (18/10), rupiah Jisdor berada di level Rp 15.731 per dolar Amerika Serikat (AS). Ini membuat rupiah Jisdor melemah 0,08% dibanding hari sebelumnya yang berada di Rp 15.718 per dolar AS. Sejalan, rupiah spot juga ditutup melemah 0,09% ke Rp 15.730 per dolar AS.
Dengan terjadinya dua fenomena ini, Direktur Keuangan Bukaka Teknik Utama Afifuddin Kalla mengatakan hal ini sebenarnya berdampak namun tidak signifikan terhadap kinerja perseroan secara keseluruhan.
Baca Juga: Bukaka Teknik Utama (BUKK) Bidik Pendapatan Rp 5,1 Triliun, Ini Proyek Andalannya
Yang pertama karena transaksi yang dilakukan perseroan dalam mata uang asing tidak terlalu besar. Dan yang kedua adalah proses produksi yang dilakukan perseroan tidak banyak yang menggunakan bahan bakar minyak.
Meski begitu, Afifuddin mengakui bahwa terdapat kenaikan cost yang harus ditanggung perseroan karena dua hal tersebut.
“Bertambah besar namun tidak signifikan, kurang dari 5% dari operasional dan proses produksi,” ungkap dia saat dihubungi Kontan, Rabu (18/10).
Saat ditanya apakah perseroan akan melakukan eskalasi kenaikan harga mengingat ada pertambahan biaya atau cost produksi, Afifuddin mengatakan tahun ini belum ada penambahan proyek dari pemerintah.
“Kita tahun ini belum ada penambahan proyek dengan pemerintah, dan (proyek) yang sedang dalam penyelesaian kami tidak lakukan eskalasi kenaikan harga,” ungkapnya.
Meski tidak terlalu terpengaruh, BUKK ungkap Afifuddin tetap melakukan melakukan efisiensi dalam proses produksi terutama untuk elemen biaya yang banyak menggunakan sumber daya minyak.
“Meski begitu, kenaikan migas tidak berpengaruh signifikan pada kinerja perseroan, kinerja perseroan tahun ini cukup baik karena sektor lain dan dapat dipastikan melebihi dari proyeksi yang telah ditetapkan,” ungkapnya.
Sebagai gambaran, pendapatan Bukaka di semester-1 yang lalu berasal dari 5 sektor. Pendapatan terbesar berasal dari sektor jaringan transmisi listrik, jembatan dan forging senilai Rp 1,5 triliun. Disusul pendapatan dari kontrak konsesi Rp 602 miliar dan pendapatan dari peralatan jalan, kendaraan khusus, dan oil gas equipment senilai Rp 346,77 miliar.
Ada pula pendapatan dari penjualan listrik PLTM dan Penjualan produk nikel Rp 174,27 miliar dan fasilitas dan perlengkapan bandara senilai Rp 101,66 miliar.
Secara keseluruhan, nilai pendapatan BUKK di semester lalu tahun ini tercatat mencapai Rp 2,73 triliun di semester I-2023. Angka ini bertumbuh 54,92% yoy dari semula Rp 1,76 triliun di semester I-2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News