kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga naik, ESSA ganti kontraktor pabrik amoniak


Selasa, 26 Mei 2015 / 12:01 WIB
Harga naik, ESSA ganti kontraktor pabrik amoniak
ILUSTRASI. Manfaat daun kelor.


Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. PT Surya Essa Perkasa Tbk (ESSA) berharap bisa mengejar pembangunan pembangunan pabrik amoniak di Luwuk, Sulawesi Tengah. Makanya, mereka memutuskan mengganti kontraktor lama dengan yang baru. Targetnya, pada Agustus 2015 kontraktor baru ini segera memulai konstruksi.

Sekretaris Perusahaan PT Surya Essa Perkasa Tbk Kanishk Laroya menjelaskan, konstruksi pabrik amoniak ini dilakukan anak  usaha Essa yakni PT Panca Amara Utama (PAU). Konstruksi akan dilakukan setelah penekenan kontrak engineering, procurement and construction (EPC) yang baru.

Menurut Kanishk, pihaknya terpaksa mengganti kontraktor lama asal Jepang, yakni Toyo Engineering Corporation dan PT Inti Karya Persada Teknik (IKPT). "Kami menghadapi tantangan, kontraktor yang lama minta kenaikan nilai kontrak 15% dan pengunduran jadwal hingga lima bulan," ungkap Kanishk kepada KONTAN, Senin (25/5).

Meski demikian, Kanishk enggan mengungkap nama kontraktor EPC baru dengan alasan perusahaan masih terikat perjanjian confidential.

Perlu diketahui, pada Februari 2013 silam anak usaha ESSA, Panca Amara Utama menunjuk Toyo dan IKPT sebagai kontraktor EPC untuk pembangunan pabrik itu. Saat itu, kontrak EPC ini dilakukan secara turn key, artinya tanggung jawab desain, dan performa pabrik pasca pembangunan ada pada kontraktor. Adapun nilai kontrak EPC sebesar US$ 550 juta.

Kini Kanishk berharap, setelah penandatanganan kontrak EPC baru itu, dalam dua bulan kedepan ESSA bisa mulai konstruksi pabrik amoniak. Setelah itu akan dilakukan mobilisasi logistik dan peralatan pada Juni ini. Pembangunan pabrik amoniak ini ditargetkan bisa tuntas pada 2017. Adapun kapasitas  produksi 600.000 ton per tahun sampai 700.000 ton per tahun.

Amoniak yang diproduksi oleh Panca Amara Utama ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal. Baru sisanya akan diekspor ke luar negeri. Namun, sayang Kanisk belum bisa mengungkap siapa pembeli dan akan diekspor ke negara mana.

Untuk mendanai proyek  pembangunan pabrik amoniak ini, ESSA membutuhkan dana investasi sebesar US$ 830 juta. Dana ini akan dicukupi oleh belanja modal. Tahun ini ESSA mengalokasikan belanja modal US$ 140 juta untuk proyek pabrik amoniak Panca Amara Utama. Sekitar US$ 70 juta sudah direalisasikan untuk proyek itu.

Sedangkan sisanya US$ 70 juta lagi masih akan dicairkan lagi untuk kebutuhan proyek tersebut. Dana tersebut berasal dari hasil pinjaman pada Bank UOB dan kas internal perusahaan. Selain itu, ESSA juga masih memiliki fasilitas pinjaman sebesar US$ 509 juta yang sama sekali belum ditarik.

Dana pinjaman dari anak usaha Bank Dunia, yakni International Finance Corporation itu baru dipakai seiring dengan kebutuhan pendanaan proyek. . "Pinjaman itu akan ditarik pada bulan November atau Desember 2015 seiring dengan perkembangan proyek pabrik amoniak," ungkap Kanishk.

Kinerja turun

Hingga kuartal I-2015, ESSA memproduksi liquefied peroleum gas (LPG) sebanyak 19.000 ton dan kondensat 49.000 barel. Pada Oktober 2014 lalu, ESSA sudah menambah kapasitas produksi kilang LPG-nya di Sumatra Selatan sebesar 50% menjadi 60.000 ton per tahun. Nilai investasi untuk penambahan kapasitas US$ 23 juta.

 Meski demikian, penurunan harga minyak dunia saat ini ikut menekan harga jual rata-rata LPG. Saat ini harga jual rata-rata LPG milik ESSA sebesar US$ 450 per ton. ESSA sebenarnya berharap harga LPG bertahan di level US$ 700 sampai US$ 750 per ton.

Untung saja, penurunan harga jual rata-rata itu sudah diimbangi oleh kenaikan kapasitas produksi LPG. Akibatnya, pada kuartal I 2015 ini, ESSA membukukan pendapatan US$ 10,76 juta, atau turun sebesar 3,6% dari pendapatan perusahaan pada kuartal I-2014 sebesar US$ 11,10 juta.

Sementara itu laba bersih ESSA pada kuartal I-2015 sebesar US$ 2,66 juta. Angka ini merupakan penurunan 34%  dari laba bersih pada kuartal I 2014 sebesar US$ 4,03 juta. Menurut Kanishk Laroya penurunan pendapatan dan laba bersih ini terjadi karena anjloknya harga minyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×