kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga pangan masih minim strategi


Senin, 06 Februari 2017 / 09:39 WIB
Harga pangan masih minim strategi


Reporter: Elisabeth Adventa, Fahriyadi, Noverius Laoli | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Tren harga pangan di bulan Februari biasanya selalu lebih tinggi ketimbang harga rata-rata nasional selama setahun penuh. Tren tersebut diperkirakan akan berlanjut tahun ini.

Meski begitu, pedagang tradisional di pasar menganggap harga komoditas pangan di bulan Februari ini terlihat stabil atau terkendali dari bulan sebelumnya. Sebab, memang harga pangan di bulan Januari 2017 dan akhir tahun 2016 relatif sudah bertahan tinggi.

"Harga pangan saat ini masih stabil, semoga tidak ada lagi kenaikan," terang Ngadiran, Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI).

Ngadiran mengatakan hanya cabai rawit yang harganya masih di luar batas kewajaran sedangkan komoditas lainnya dinilai cukup stabil meski masuk kategori tinggi. Harga cabai rawit diprediksi akan sulit turun karena pasokan di pasar juga belum stabil. Saat ini, harganya masih berkisar Rp 100.000 per kilogram (kg). Sedangkan harga beras, daging ayam, daging sapi, dan telur ayam relatif belum ada kenaikan signifikan.

Pantauan KONTAN di Pasar Kebayoran Lama Jakarta Selatan pada Minggu (5/2) ditemukan bahwa harga beras medium dijual sekitar Rp 8.500 - Rp 11.000 per kg. Harga ini dapat dibilang normal alias belum ada kenaikan dari periode sebelumnya.

Sekedar informasi, tren harga beras di bulan Februari dalam lima tahun terakhir selalu lebih mahal ketimbang pada bulan lainnya. Maklum, bulan ini kerap disebut paceklik beras karena tak ada panen beras.

Komoditas lainnya yang juga terkena efek bulan Februari adalah daging sapi. Chaidir, pedagang daging sapi di Pasar Kebayoran Lama mengatakan, pada awal tahun seperti Januari dan Februari, biasanya harga daging sapi lebih mahal dari bulan biasanya di luar menjelang puasa dan Lebaran.

Ia bilang, pergantian tahun biasanya pasokan daging lebih minim dan harga pun lebih tinggi. Meski begitu, ia mengaku banyak pedagang yang tidak menaikkan harga dan lebih memilih menurunkan margin keuntungan. "Meski harga tinggi, permintaan pada bulan tersebut bisa dibilang tak terlalu besar," jelasnya.

Sayuti, pedagang lainnya di Pasar Kebayoran Lama mengungkapkan bahwa harga komoditas hortikultura seperti cabai merah dan bawang merah bisa dibilang stagnan dibanding bulan sebelumnya. Namun, jika melihat tren, harganya belum normal seperti sebelumnya.

Serba tidak pasti

Abdullah Mansuri, Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyebut harga pangan saat ini bertahan masih tinggi dan belum kembali normal.

Ia mengatakan, pada bulan Februari ini, kenaikan harga yang signifikan pada bulan-bulan sebelumnya perlahan mulai turun, tapi belum bisa mengembalikan daya beli masyarakat yang hilang karena kenaikan harga tersebut.

Abdullah pun mempertanyakan efektivitas kebijakan pemerintah dalam stabilisasi harga pangan. Ia mencontohkan, harga komoditas hortikultura seperti cabai dan bawang merah yang tak terkendali jika cuaca buruk. Sedangkan, harga pangan lainnya juga rentan melonjak karena tak ada kepastian soal pasokan. "Tidak ada upaya dan terobosan untuk medistribusikan pasokan pangan dari wilayah panen kepada wilayah yang membutuhkan. Selalu saja stabilisasi dilakukan ketika harga sudah naik terlebih dahulu," ungkapnya.

Khudori, pengamat pertanian menilai, upaya menekan harga pangan yang tinggi tidak akan selesai jika pemerintah hanya mengandalkan operasi pasar dan penugasan BUMN seperti Bulog.

Menurutnya, selain beras, pemerintah tidak punya kemampuan lagi untuk mengintervensi harga ketika harga naik sewaktu-waktu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×