Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Tren penurunan harga minyak mentah dunia berpengaruh pada harga plastik di Indonesia. Maklum, plastik merupakan salah satu produk turunan yang diolah dari minyak mentah.
Jika harga minyak mentah turun, otomatis harga plastik ikut tergerus. Inilah yang terjadi pada harga plastik di Indonesia saat ini. "Saat harga bahan baku turun, harga jual produk hilir akan ikut turun," kata Budi Susanto Sadiman, Wakil Ketua Umum Asosiasi Industri Aromatik, Oleofin dan Plastik Indonesia kepada KONTAN, Jumat (12/12).
Budi bilang, harga jual plastik saat ini sudah turun hingga US$ 1.400 per ton. Harga ini mengacu ke harga minyak mentah yang berada di kisaran US$ 61 – US$ 70 per barel. Adapun saat harga minyak mentah naik hingga US$ 100 per barel, harga plastik akan mencapai US$ 1.700 per ton.
Jika harga minyak mentah turun lagi, maka harga plastik akan mengikutinya. Budi bilang, biasanya penurunan harga plastik terjadi sepekan atau sebulan setelah penurunan harga minyak mentah. "Kebijakan penurunan harga tergantung perusahaannya. Biasanya mereka susah turunkan harga. Tapi jika ada persaingan dan banting harga, bisa jadi penurunan harga lebih cepat,” kata Budi.
Perlu diketahui, minyak mentah sebelum diolah menjadi plastik harus melewati beberapa proses pengolahan. Pertama, minyak mentah diolah menjadi naphta, kemudian diolah lagi menjadi naphta cracker. Tahap berikutnya adalah pengolahan menjadi ethylene, sebelum plastik.
Saat ini hanya ada satu perusahaan di Indonesia yang bisa mengolah naphta menjadi ethylene, yaitu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk dengan kapasitas 600.000 ton ethylene per tahun. Harga naphta saat ini berkisar US$ 600 per ton saat harga minyak US$ 60 – US$ 70 per barel. Jika harga minyak mentah naik ke atas US$ 100 per barel, maka harga naphta juga naik menjadi US$ 900 – US$ 1.100 per ton
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News