kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga ponsel dan laptop mulai merangkak naik


Senin, 26 Agustus 2013 / 09:33 WIB
Harga ponsel dan laptop mulai merangkak naik
ILUSTRASI. Kegiatan operasional perusahaan jasa kontraktor batubara PT Samindo Resources Tbk (MYOH).


Reporter: Merlinda Riska | Editor: Markus Sumartomjon

JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang terkapar berujung ke peningkatan harga gadget dan elektronik di pasar ritel dalam negeri.

Tren itu terlihat di pusat belanja Mal Ambasador, Kuningan Jakarta Selatan, akhir pekan lalu. Ridwan, seorang pedagang di Galeri Ponsel Mal Ambassador, menuturkan, sejak nilai kurs dollar AS melampaui Rp 10.000, harga ponsel BlackBerry dan iPhone langsung naik. "Kenaikannya bisa antara Rp 200.000 sampai Rp 300.000," ujar dia ke KONTAN akhir pekan lalu (24/8).

Yang menarik, harga ponsel merk Samsung, Nokia, HTC, dan merek lain justru belum naik. Menurut Ridwan, penyebab kenaikan harga di kedua merek ponsel itu adalah permintaan yang masih tinggi. "Tiga merek yang penjualannya tinggi, BlackBerry, iPhone dan Samsung," tutur dia.

Roby, pedagang di gerai Roemah Communication menuturkan kisah yang senada  dengan Ridwan. Ia menyatakan, kenaikan harga paling drastis dialami BlackBerry keluaran terbaru, yaitu Q5.  Ponsel yang baru saja meluncur ini, pertama kali dibanderol Rp 4 juta dan gratis power bank. "Sekarang harganya mencapai Rp 4,2 juta-Rp 4,3 juta. Harga tergantung distributor dan warna," ucap dia.

Dia bilang, harga Q5 paling mahal berasal dari distributor PT Teletama Artha Mandiri (TAM) dan berwarna hitam yang menurut Roby mencapai Rp 4,3 juta. Sementara, harga dari distributor PT Surya Citra Multimedia (SCM) adalah Rp 4,2 juta. "Pasti ada selisih harga antara distributor sekitar Rp 50.000-Rp 100.000," ungkap dia.

Padahal, Maspiyono Handoyo, Managing Director BlackBerry Indonesia, menyatakan  bahwa perusahaannya tidak akan menaikkan harga jual meski kurs rupiah terus meroket tinggi. "Kami tidak menaikkan harga, tapi, kami tidak bisa mengontrol harga hingga ke ritel karena pergerakannya itu cepat sekali," jelas dia.

Meski harga naik, permintaan BlackBerry di pasaran masih tinggi. Saat Lebaran dan sehabis Lebaran, sekitar 80% dari ponsel yang terjual adalah BlackBerry dan iPhone. "Permintaan terhadap ponsel kedua merek itu tinggi, tapi stok terbatas. Kata distributor, produk tertahan di bea cukai," kata Roby.
 
Harga komputer jinjing ikut-ikutan naik antara 25%-30% semenjak dollar AS menguat. "Harga laptop naik mengikuti kurs dollar AS. Ini lantaran kami membelinya memakai dollar AS," ungkap Edi, pedagang di gerai Ambassador Computer di pusat belanja yang sama.

Menurutnya, hampir semua merek laptop mengalami kenaikan harga. Kecuali merek Hewlett Packard (HP). Pasalnya ia membeli produk ini masih memakai mata uang Garuda. Sementara laptop merek Asus, Acer, Toshiba, Sony serta Lenovo harganya sudah naik.

Namun, menurut Edi, harga laptop yang dibeli memakai mata uang negeri Obama itu juga bisa turun kembali jika rupiah kembali menunjukkan kekuatannya terhadap dollar AS. "Untuk penjualan tetap stabil, malah saat Lebaran kami kewalahan melayani pembeli. Mungkin karena bertepatan dengan tahun ajaran baru, jadi penjualannya bagus," kata Edi, tanpa bersedia menyebut detil penjualan.

Berbeda dengan di pasar ritel, pemegang merek laptop di Indonesia justru belum mengumumkan kenaikan harga.

Melton Ciputra, Product Manager Tablet Asus Tech Indonesia menyatakan bahwa sampai saat ini, Asus belum mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan harga terkait nilai tukar rupiah yang melemah. "Kami belum menaikkan harga jual produk kami. Kami masih membahas: apakah di saat nilai tukar rupiah terhadap dollar melemah, perlu menaikkan harga atau tidak," paparnya.

Menurut Melton, untuk menaikkan harga produk membutuhkan analisis yang mendalam. Dia bilang, jangan sampai kenaikan harga malah berdampak pada penjualan.

Tentang stok barang yang seret, Melton berkata, importir masih dalam tahap penyesuaian dengan sistem baru dari pemerintah. "Ini adaptasi saja, tapi, pasokan sebetulnya lancar," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×