kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.464.000   2.000   0,08%
  • USD/IDR 16.682   19,00   0,11%
  • IDX 8.650   -10,84   -0,13%
  • KOMPAS100 1.191   -1,19   -0,10%
  • LQ45 853   4,51   0,53%
  • ISSI 308   -5,08   -1,62%
  • IDX30 440   5,88   1,36%
  • IDXHIDIV20 509   7,43   1,48%
  • IDX80 133   -0,35   -0,26%
  • IDXV30 138   -0,06   -0,04%
  • IDXQ30 140   2,14   1,55%

Hashim: Hilirisasi SDM Harus Didukung Perbaikan SDM dan Kebijakan Fiskal


Senin, 15 Desember 2025 / 20:36 WIB
Hashim: Hilirisasi SDM Harus Didukung Perbaikan SDM dan Kebijakan Fiskal
ILUSTRASI. Hashim Djojohadikusumo (KONTAN/Arif Ferdianto). Hashim Djojohadikusumo sebut strategi hilirisasi hanya akan efektif jika sejalan dengan perbaikan kualitas SDM dan sistem penerimaan negara.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan kelas ekonominya melalui hilirisasi sumber daya alam. 

Namun, menurut Utusan Khusus Presiden Bidang Energi dan Iklim Hashim Djojohadikusumo, strategi hilirisasi hanya akan efektif jika sejalan dengan perbaikan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan sistem penerimaan negara yang lebih solid.

Pandangan tersebut disampaikan Hashim dalam peluncuran buku Indonesia Naik Kelas karya Wakil Direktur Utama MIND ID, Dani Amrul Ichdan, yang mengangkat pentingnya hilirisasi untuk menambah nilai ekonomi nasional. 

Hashim menekankan bahwa Indonesia berpotensi besar memaksimalkan kekayaan alamnya, mulai dari mineral, pertanian, hingga sumber daya laut seperti rumput laut dan padang lamun, asalkan didukung oleh SDM yang kompeten.

Baca Juga: Harga Sejumlah Komoditas Pangan Turun, Bapanas Catat Cabai hingga Beras Turun Harga

“Hilirisasi itu intinya menambah nilai tambah. Tapi selain sumber daya alam, ada sumber daya manusia, dan terus terang kualitas SDM kita masih tertinggal jauh,” ujar Hashim dalam keterangannya, Senin (15/12).

Ia mencatat posisi Indonesia dalam berbagai survei pendidikan internasional, termasuk PISA, yang masih berada di papan bawah meski anggaran pendidikan mencapai 20% dari APBN. Selain itu, porsi riset dan pengembangan yang hanya 0,3% dari PDB menjadi kendala serius bagi inovasi dan daya saing industri nasional.

Hashim juga menekankan perlunya perbaikan sistem penerimaan negara. Rasio pajak, royalti, dan PNBP terhadap PDB hanya berkisar 9%–10% dan relatif stagnan dalam satu dekade terakhir. 

Padahal, menurut Hashim, potensi penerimaan yang belum tergarap cukup besar karena masih luasnya ekonomi abu-abu, yang diperkirakan mencapai 35% dari total aktivitas ekonomi nasional.

“Enam persen kelihatannya kecil, tapi enam persen dari PDB itu sekitar Rp1.500 triliun. Dengan angka itu, Indonesia seharusnya tidak defisit, malah bisa surplus,” kata Hashim. 

Ia menyebut digitalisasi ekonomi dan sistem pembayaran sebagai kunci untuk menarik aktivitas ekonomi informal ke sistem formal, sehingga basis pajak dapat diperluas tanpa menaikkan tarif.

Hashim mencontohkan Korea Selatan sebagai negara yang berhasil melompat kelas ekonomi meski hampir tidak memiliki sumber daya alam. Menurutnya, kualitas SDM yang unggul menjadi faktor penentu keberhasilan negara tersebut.

Dalam konteks industri, hilirisasi bukan sekadar menambah nilai produk, tetapi juga menjadi fondasi bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang. 

“Hilirisasi harus berjalan seiring dengan peningkatan kualitas manusia dan pembenahan sistem negara. Kalau itu dilakukan, Indonesia punya semua syarat untuk benar-benar naik kelas,” tutup Hashim.

Baca Juga: BPH Migas Buka Opsi Perpanjang Relaksasi BBM Tanpa QR Code di Aceh

Selanjutnya: Antisipasi Lonjakan Pemudik Kendaraan Listrik, PLN Tambah Tiga Kali Lipat SPKLU

Menarik Dibaca: 14 Cara Turunkan Kadar Gula Darah yang Tinggi secara Alami

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×