kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

HBA terus merosot, pemerintah dinilai perlu mengendalikan produksi batubara


Rabu, 05 Agustus 2020 / 14:39 WIB
HBA terus merosot, pemerintah dinilai perlu mengendalikan produksi batubara
ILUSTRASI. Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020). Kementerian ESDM menetapkan Harga Batu bara Acuan (HBA) Juli 2020 sebesar US$52,16 per ton turun sebesar US$0,82 per ton atau 1


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia Mining and Energy Forum (IMEF) menilai pemerintah perlu mengendalikan produksi batubara. Hal ini penting dilakukan mengingat kondisi pasar yang kelebihan pasokan (oversupply) serta melemahnya permintaan (demand) karena covid-19. 

Akibatnya, harga komoditas emas hitam ini terpuruk yang tercermin dari anjloknya Harga Batubara Acuan (HBA) dalam lima bulan terakhir. HBA Agustus tercatat US$ 50,34 per ton, turun 3,49% dibandingkan bulan sebelumnya. HBA Agustus masuk ke level terendah sejak tahun 2016.

Baca Juga: Lanjutkan penurunan, harga batubara acuan (HBA) Agustus dipatok US$ 50,34 per ton

Ketua IMEF Singgih Widagdo mengungkapkan, kondisi ekonomi dari negara importir batubara masih tertekan. Kondisi ini berdampak terhadap lesunya industri, menurunnya permintaan listrik dan akhirnya berimbas pada pasar batubara.

Pada saat yang bersamaan, terjadi oversupply batubara lantaran produksi yang masih tinggi. Oleh sebab itu, Singgih menilai pengendalian produksi menjadi cara yang perlu ditempuh di tengah tekanan harga seperti sekarang.

"Dengan tekanan pasar saat ini tentu tanpa mengurangi produksi nasional, akan terjadi oversupply yang justru menekan harga batubara," kata Singgih kepada Kontan.co.id, Rabu (5/8).

Menurutnya, target Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) tahun 2020 yang sebesar 550 juta ton harus ditinjau ulang. Sebab, target tersebut ditetapkan saat kondisi normal atau sebelum terjadinya pandemi covid-19.

Baca Juga: Volume pengiriman naik 28%, pengupasan tanah Darma Henwa (DEWA) tumbuh 33%

Singgih berpandangan, realisasi produksi batubara tahun ini akan berada di bawah target tersebut. "Paling akan mendekati 520 juta. Mengingat tekanan pasar ekspor maka jelas pengendalian produksi dengan mengurangi produksi nasional  harus dilakukan," sebutnya.

Lebih lanjut, Singgih pun mengusulkan agar pemerintah dapat memetakan target produksi nasional dalam periode lima tahunan. Baginya, hal ini penting agar perhitungan bisnis dan investasi bisa dipetakan lebih jelas."Tapi mengingat safety dan lingkungan, pembahasan RKAB bisa per tahun. Namun indikasi volume dalam 5 tahunan," kata Singgih.

Hal tersebut juga untuk memetakan penyerapan pasar batubara. Pasalnya sekarang dan dalam beberapa tahun ke depan porsi terbesar batubara domestik masih diserap oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). 

Baca Juga: Kinerja operasional meningkat di semester I, ini kata manajemen Darma Henwa (DEWA)

Peningkatan nilai tambah atau hilirisasi batubara yang dicanangkan pun ditaksir tidak banyak mampu menyerap dibandingkan dengan pertumbuhan produksi batubara nasional.

Sebab, proyek hilirisasi batubara Dimethyl Ether (DME) PT Bukit Asam Tbk dan proyek Methanol Bumi Resurces baru menyerap 13 juta ton batubara. Sehingga, pasar ekspor masih akan disasar sebagai tumpuan. "Akhirnya yang menjadi target adalah pasar ekspor," pungkas Singgih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×