kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   4.000   0,28%
  • USD/IDR 15.405   0,00   0,00%
  • IDX 7.812   13,98   0,18%
  • KOMPAS100 1.184   -0,59   -0,05%
  • LQ45 959   0,88   0,09%
  • ISSI 227   0,13   0,06%
  • IDX30 489   0,88   0,18%
  • IDXHIDIV20 590   1,24   0,21%
  • IDX80 134   -0,05   -0,04%
  • IDXV30 139   -1,25   -0,90%
  • IDXQ30 163   0,24   0,15%

Hilirisasi Belum Optimal, Pemerintah Didorong Kaji Larangan Ekspor Nikel


Selasa, 27 Juni 2023 / 18:13 WIB
Hilirisasi Belum Optimal, Pemerintah Didorong Kaji Larangan Ekspor Nikel
ILUSTRASI. Upaya hilirisasi sektor nikel dinilai belum berjalan secara optimal. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/pd/18


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya hilirisasi sektor nikel dinilai belum berjalan secara optimal. Kebijakan larangan ekspor bijih nikel pun dinilai perlu dikaji kembali. 

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan, langkah hilirisasi sektor nikel saat ini masih berjalan setengah-setengah. 

Pasalnya, produk olahan yang dihasilkan baru sebatas Nickel Pig Iron (NPI) dan Ferronickel (FeNi). 

"Sementara insentif yang diberikan begitu besar, tentu ini juga akan mengakibatkan tidak efektifnya larangan ekspor nikel," kata Bhima kepada Kontan, Selasa (27/6). 

Bhima menambahkan, langkah untuk mendorong hilirisasi tak perlu dilakukan dengan melakukan proteksi melalui kebijakan larangan ekspor. Apalagi, dengan cara ini maka ada potensi Indonesia kalah dalam gugatan di WTO oleh Uni Eropa. 

Baca Juga: IMF Minta Indonesia Cabut Larangan Ekspor Nikel, Begini Tanggapan Kementerian ESDM

Olahan produk nikel yang setengah jadi dinilai hanya akan menguntungkan negara tujuan ekspor. Terlebih, selama ini praktik pembelian bijih nikel oleh perusahaan smelter dengan harga lebih rendah dibandingkan harga internasional masih marak terjadi. 

"Hilirisasinya masih setengah ini langsung diekspor ke Tiongkok terutama, itu artinya nilai tambah yang besar yang dinikmati oleh Tiongkok dibandingkan ke dalam negeri," imbuh Bhima. 

Di sisi lain, Dewan Eksekutif International Monetary Fund (IMF) dalam rilis terbarunya meminta Pemerintah Indonesia mempertimbangkan untuk mencabut larangan ekspor bijih nikel secara bertahap. 

Bhima menjelaskan, dengan berbagai persoalan yang ada maka pemerintah perlu mempertimbangkan langkah pencabutan larangan ekspor bijih nikel. 

Baca Juga: IMF Minta Indonesia Pertimbangkan Larangan Ekspor Nikel, Begini Tanggapan Airlangga

"Terlepas dari permintaan IMF,  ya dari dulu dibatalkan saja ekspor nikel ini. Jadi tidak salah, kita melakukan hilirisasi tetapi sebenarnya masih banyak yang harus dievaluasi," tegas Bhima. 

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno mengungkapkan, permintaan IMF bersifat saran bagi pemerintah Indonesia. 

Menurutnya, kebijakan hilirisasi yang sudah berjalan saat ini sudah cukup baik. 

"Kebijakan Indonesia dalam rangka hilirisasi pertimbangan sudah baik sehingga perlu dilanjutkan," tegas Eddy. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×