Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Amailia Putri
JAKARTA. Hingga Maret 2013, PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk telah mengantongi kontrak baru yang nilainya sekitar 27% dari total target kontrak tahun ini. Hingga pengujung 2013, perusahaan berkode saham DGIK ini menargetkan bisa mereguk kontrak baru senilai Rp 1,65 triliun hingga Rp 1,8 triliun.
Perusahaan itu baru saja memperoleh kontrak pengerjaan apartemen Satu8 Residence milik PT Karya Cipta Sukses Selaras. Proyek itu bernilai Rp 105 miliar. Apartemen yang berdiri di atas lahan seluas 6.800 meter persegi (m²) ini berlokasi di Kedoya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Sutiono Teguh, Presiden Direktur Nusa Konstruksi Enjiniring mengatakan, kontrak proyek lain yang telah diperoleh DGIK adalah pembangunan apartemen The Mansion di Kemayoran, Jakarta Pusat. Nilai proyek milik Agung Sedayu Group ini sekitar Rp 160 miliar.
Selain proyek properti, perusahaan yang dulu bernama Duta Graha Indah ini juga dipercaya menggarap saluran irigasi. Lokasinya di Padang, Sumatra Barat. Ini merupakan proyek pemerintah milik Kementerian Pekerjaan Umum.
Nilai proyeknya sekitar Rp 50 miliar. "Hingga kuartal I-2013, kami telah mengantongi kontrak sekitar Rp 400 miliar sampai Rp 500 miliar," ujar Sutiono, Kamis (18/4).
Memasuki kuartal II-2013, perusahaan itu pun memasang kuda-kuda demi proyek baru. Sutiono mengaku, pihaknya sedang mengincar proyek District 8 SCBD milik Agung Sedayu Group. "Sedang proses tender, finalnya belum tahu kapan," tutur dia tanpa menyebutkan berapa nilai proyek itu.
Selanjutnya, ada sejumlah proyek yang menjadi incaran DGIK. Di antaranya adalah proyek di sektor properti dan pertambangan. Namun, Sutiono belum mau membocorkan ditel proyek yang dimaksud.
Manajemen DGIK memang berupaya melakukan diversifikasi sektor usaha. Tidak hanya properti, perusahaan itu juga mulai merapat ke sektor pertambangan dan energi. Melalui anak usahanya, PT Inti Duta Energi (IDE), DGIK akan mengerjakan proyek pembangkit listrik mini hidro.
Ada dua proyek engineering, procurement, and construction (EPC) pembangkit listrik di Sumatra Utara dan Jawa Barat yang digarap IDE. Kapasitasnya antara 3 megawatt (MW)-5 MW. Nilai investasinya antara Rp 60 miliar-Rp 100 miliar. Selain itu, ada proyek independent power producers (IPP) di Sumatra Selatan berkapasitas 3 MW-7 MW dengan investasi sebesar US$ 1,5 juta per MW.
Perusahaan itu juga menargetkan pertumbuhan kontrak baru sekitar 10% hingga 20% tahun ini. Tahun lalu, kontrak baru DGIK sebesar Rp 1,5 triliun. Adapun nilai kontrak tahun lalu yang dilanjutkan (carry over) tahun ini sekitar Rp 1,3 triliun.
Espektasi kenaikan nilai kontrak membuat manajemen berharap, pendapatan usaha tahun ini bisa bertambah. Targetnya, kenaikan pendapatan bisa mencapai 5%-10%.
Berdasarkan laporan keuangan DGIK per akhir 2012, pendapatan emiten konstruksi ini tercatat sebesar Rp 1,21 triliun. Dengan demikian, perusahaan berpotensi meraup pendapatan sekitar Rp 1,27 triliun hingga Rp 1,33 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News