kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45928,33   6,87   0.75%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

HKTI Dorong Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati Untuk Ketahanan Pangan Nasional


Minggu, 21 Agustus 2022 / 16:35 WIB
HKTI Dorong Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati Untuk Ketahanan Pangan Nasional
ILUSTRASI. Petani memanen padi di desa Brondong, Kecamatan Pasekan, Indramayu, Jawa Barat,


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang mampu mendorong ketahanan pangan. Diversifikasi pangan menjadi kunci memperkuat ketahanan pangan.

Ketua Umum Dewan Pakar DPP Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Agus Pakpahan mengatakan, saat ini Indonesia cenderung fokus pada ketahanan pangan jangka pendek dengan satu komoditas pangan yakni beras.

Jika dilihat dari cadangan beras, Indonesia memang dapat dikatakan memiliki ketahanan beras yang baik dengan tidak impor beras sejak 2019. Namun, komoditas pangan lain seperti sayuran, buah, protein, gula dan terigu masih bergantung pada impor.

"Artinya pada komoditas tertentu kita mungkin merasa tahan, tapi kalau totalitas belum tentu (ketahanannya)," kata Agus dalam Diskusi Virtual, Minggu (21/8).

Baca Juga: Moeldoko Diharapkan Bawa HKTI Memajukan Pertanian di Indonesia

Ia menerangkan, diversifikasi pangan dengan mengoptimalkan keanekaragaman hayati akan membuat ketahanan pangan nasional lebih adaptif, sehingga lebih tahan menghadapi krisis ke depan. Maka, pengembangan pangan di Indonesia harus disesuaikan dengan kondisi di setiap daerah.

Misalnya pengembangan pangan alternatif yakni sagu di Papua. Dengan pengembangan pangan sesuai kondisi daerah, maka konversi lahan dapat dihindari. Contohnya, sagu merupakan pangan yang sudah eksisting di Papua sehingga tidak memerlukan adanya konversi lahan.

Keanekaragaman hayati merupakan sumber daya utama bagi Indonesia agar lebih fleksibel dan adaptif di masa depan. Indonesia perlu belajar pada Jepang dalam pendekatan fungsionalitas.

Pendekatan ini dinilai cocok dengan Indonesia karena menjadikan keanekaragaman hayati jadi sumber utama. Sehingga Indonesia bisa lebih fleksibel dan adaptif sesuai dengan iklim, struktur kepulauan dan keanekaragaman hayati.

Maka Agus menegaskan, saat ini Indonesia harus masuk pada fungsionalitas. Misalnya sumber karbohidrat tak hanya didapatkan dari beras.

"Sumber karbohidrat bukan hanya ada di beras, dia ada di sagu, sukun dan apa. Protein juga sama. Bedanya apa? Karena kita ada di zona tropical ada matahari setiap hari maka setiap tanaman bisa hadir. Itulah yang disebut keanekaragaman hayati," imbuhnya.

Baca Juga: Regenerasi Petani Mandek, Jadi Masalah untuk Ketahanan Pangan

Menyikapi upaya dalam menghadirkan alternatif gandum, Agus menyebut Indonesia perlu memanfaatkan sumber karbohidrat dari keanekaragaman hayati seperti di sagu, ubi jalar, ubi kayu menjadi tepung nusantara lewat kebijakan pemerintah sehingga mampu menciptakan swasembada.

Selain itu, Pemerintah perlu fokus pada industrialisasi pertanian terintegrasi sehingga meningkatkan nilai tambah per unit dari sumber daya alam. Peningkatan inovasi teknologi pertanian juga harus dilakukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×