kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

HKTI: Tantangan pertanian saat ini adalah masalah ketersediaan lahan


Kamis, 12 Maret 2020 / 19:40 WIB
HKTI: Tantangan pertanian saat ini adalah masalah ketersediaan lahan


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum HKTI, Moeldoko, mengatakan bahwa salah satu tantangan besar pertanian saat ini adalah menyangkut masalah ketersediaan lahan. Menurut Moeldoko, secara makro sektor pertanian adalah penyumbang GDP terbesar di kawasan Asia dan menjadi bagian strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan Asia. Namun, seiring dengan perkembangan industri dan perubahan iklim, lahan pertanian di kawasan Asia terus menyusut. 

Dalam Rural Development and Food Security Forum 2019 yang digelar Asian Development Bank (ADB) di Manila, Filipina, Oktober 2019, mengungkapkan lahan pertanian menyusut hingga 44%. Kondisi ini mengancam produksi pangan Asia. 

Baca Juga: Demi tingkatkan produksi, Jokowi dorong ekstensifikasi lahan padi

Padahal ADB menyebut sebanyak 822 juta orang di muka bumi masih berada dalam kondisi tidak aman pangan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 517 juta orang (62,89%) berada di kawasan Asia dan Pasifik. Mengutip data BPS, Moeldoko menyebutkan bahwa di Indonesia sendiri penyusutan lahan terjadi secara signifikan setiap tahunnya. Menurutnya, hampir 120 ribu hektar lahan berubah fungsi setiap tahunnya.  

Khusus Indonesia, selain penyusutan lahan kita memiliki lima persoalan pertanian lainnya. Pertama adalah pemilikan lahan petani yang rata-rata hanya 0,2 hektar dan kondisi tanah yang sudah rusak. Kedua, aspek permodalan. Ketiga, lemahnya manajemen petani. Keempat, minimnya penguasaan teknologi dan inovasi. Dan, kelima adalah penanganan pasca panen.

Pada kesempatan itu, Moeldoko menyinggung tentang kebiasaan umumnya petani yang sering latah dalam menanam. Mereka sering latah menanam tanaman yang sedang tinggi harganya di pasaran. Ini justru sering merugikan petani pada jangka panjang. “Hal ini berkaitan juga dengan lain masih lemahnya kita mengelola permintaan dan penawaran harga komoditas, sehingga pada saat-saat tertentu harga yang sedang panen selalu turun karena kelebihan pasokan,” kata dia dalam keterangannya, Kamis (12/3).

Baca Juga: Harga jahe, temulawak dan kunyit meroket drastis, ini kata pedagang

Masalah lain adalah tingkat produksi kita belum optimal. Namun semua tantangan tersebut bukan berarti menjadi justifikasi berkurangnya produksi. Dengan inovasi dan teknologi kita harus mampu melipatgandakan produksi pangan dan pertanian nasional.

Produktivitas pertanian nasional penting ditingkatkan untuk menjaga ketahanan dan kemandirian pangan, sehingga kita memiliki kedaulatan pangan yang kuat dan tidak perlu lagi mengimpor. Bahkan sebaliknya mampu menjadi pengekspor guna menambah devisa negara dari hasil produk pertanian. 

Moeldoko menyebutkan bahwa Pembukaan Asian Agriculture and Food Forum (ASAFF) 2020 berlangsung di Istana Negara, Jakarta, 12 Maret 2020 oleh Presiden Joko Widodo menjadi forum pertemuan stakeholders pertanian untuk membahas isu-isu strategis pertanian di kawasan Asia dan membangun kerjasama Government to Govverment (G2G) dan Business to Business (B2B)  dalam kebijakan pertanian, budidaya pertanian, teknologi pertanian, dan bisnis sektor pertanian, dalam arti luas pertanian, perikanan, peternakan.

Melalui forum ASAFF, Indonesia juga ingin mengembalikan kejayaan rempah nasional dan buah-buah tropikal Nusantara. Sejak dulu Indonesia dikenal dengan kekayaan rempahnya di dunia, namun potensi rempah tersebut belum dikembangkan secara strategis menjadi salah satu kekuatan ekonomi pertanian nasional yang dapat merajai pasar dunia, khususnya Asia.

Baca Juga: Kementan pastikan pasokan daging ayam dan sapi cukup sampai bulan Ramadan

Forum pertanian Asia ini sekaligus akan membahas sinergi dan kolaborasi negara-negara Asia dalam membangun kemandirian pertanian dan kedaulatan pangan akan berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC), tanggal 12-14 Maret 2020.

Menyinggung soal isu strategis, Moeldoko mengatakan ada tiga hal strategis yang menjadi isu utama dunia saat ini dan ke depan, yaitu pangan, air, dan energi. Ketiga hal tersebut akan menjadi komoditas strategis yang menggeser komoditas-komoditas yang selama ini menjadi isu dunia, seperti minyak bumi dan sumber daya alam. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×