Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan pemerintah membentuk Holding BUMN Farmasi membuat perusahaan farmasi pelat merah semakin kuat dan bisa menguasai pangsa pasar nasional.
Direktur Utama PT Bio Farma, Honesti Basyir mengatakan, saat ini industri farmasi sangat ketat, ada lebih dari 200 industri farmasi saat ini di Indonesia, kondisi itu menjadikan tidak ada perusahaan farmasi yang terlalu dominan.
Baca Juga: Indofarma (INAF) telah mengalihkan 80,66% saham ke Bio Farma
"Kami optimistis bisa menjadi industri nomor satu dalam negeri dengan menargetkan pangsa pasar di akhir tahun ini sekitar 7,5% -10%," jelasnya saat konferensi pers, Holding.
Lebih rinci Honesti menyatakan, Kimia Farma saat ini berada di posisi ranking tiga atau empat sejak 2017. Adapun saat ini pangsa pasar Kimia Farma sebesar 3,5%, kemudian PT Indofarma Tbk (INAF) pangsa pasarnya 0,5%.
Adapun sebelum holding BUMN Farmasi, perusahaan pelat merah kerap berebut pasar yang sama. Semisal, bisnis generik yang tidak hanya dilakukan Kimia Farma tapi juga Indofarma.
Adapun dengan penguasaan pangsa pasar ini, Biofarma sebagai induk holding BUMN Farmasi menargetkan pendapatan konsolidasi holding sebesar Rp 16,8 triliun. Adapun anggaran belanja modalnya atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 2 triliun sampai Rp 3 triliun.
Baca Juga: Analis: Holding rumahsakit pelat merah bukan ancaman bagi swasta
Rinciannya, Rp 500 miliar dari Biofarma akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas pabrik, kemudian Rp 2 triliun dari Kimia Farma untuk meningkatkan kapasitas produksi pabrik karena sekarang lagi bangun pabrik di Banjaran dan Pulogadung, dan sisanya Rp 300 miliar dari Indofarma untuk medical device dan herbal.
Adapun untuk belanja modal, Honesti mengungkapkan kebutuhan belanja modal 60% dari eksternal dan 40% dari internal.
Holding BUMN Farmasi ini sejatinya adalah mengintegrasikan proses hulu mulai dari produksi bahan baku sampai ke jaringan distribusi (hilir) yang dimiliki Kimia Farma mulai dari retail farmasi, distribusi, laboratorium diagnostik, hingga klinik kesehatan.
Adapun di sepanjang tahun ini Kimia Farma menargetkan bisa membangun 70 gerai, dengan rincian 60 gerai dengan format lama dan 10 gerai health and beauty. Ke depannya, pemerintah juga akan membentuk holding rumah sakit yang juga diharapkan akan ada sinergi antara holding farmasi dan holding rumah sakit.
Baca Juga: INAF pasang target pendapatan Rp 1,9 triliun pada 2020
Holding BUMN Farmasi punya strategi yang akan dilaksanakan di sepanjang tahun ini. Honesti menjelaskan masing-masing anggota holding akan melaksanakan fokus bisnisnya dan saling memperkuat pasarnya.
Biofarma akan fokus pada core business yakni produsen vaksin dan antisera, Kimia Farma di produksi farmasi dan bahan baku, kemudian Indofarma pada transformasi bisnisnya ke alat kesehatan dan produk herbal.
Selain memperkuat bisnis perusahaan, Honesti bilang hal lainnya yang penting adalah inovasi. Dalam meningkatkan divisi research and development (r&d) dengan menyatukan kompetensi R&D yang bersifat herbal, chemical, dan biological.
Baca Juga: Kimia Farma (KAEF) kembangkan gerai khusus di kawasan wisata
"Inovasi yang akan dilakukan Bio Farma sebagai induk holding adalah mendorong Kimia Farma dan Indofarma untuk dapat melakukan penetrasi pasar yang lebih luas lagi dengan standar produk yang sudah terkualifikasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO)," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News