kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

IESR: Ada perubahan persepsi risiko oleh investor di proyek energi fosil


Senin, 06 Juli 2020 / 20:23 WIB
IESR: Ada perubahan persepsi risiko oleh investor di proyek energi fosil
ILUSTRASI. Peta blok Masela


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi sektor energi di Indonesia menjadi sorotan. Setelah Mitsui Corp Jepang dikabarkan melepas 45,5% sahamnya di Paiton Energy (PLTU Paiton), kini Royal Dutch Shell Plc. (Shell) yang memiliki 35% hak partisipasi di Blok Masela dikabarkan mundur.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menilai, kedua aksi korporasi tersebut tidak secara langsung berkaitan dengan kondisi investasi energi di Indonesia.

Hanya saja, dia melihat bahwa kedua hal itu terjadi karena ada perubahan persepsi dari para investor terhadap risiko proyek dan prospek energi fosil di masa mendatang.

"Tidak secara langsung (berkaitan dengan investasi energi di Indonesia) tapi lebih menggambarkan kondisi investasi dan persepsi investasi energi global," kata Fabby kepada Kontan.co.id, Senin (6/7).

Baca Juga: Indef soroti pandemi Covid-19 dan isu reshuffle yang turut pengaruhi iklim investasi

Menurut Fabby, mundurnya Shell dari Masela bisa jadi karena pertimbangan atau persepsi atas risiko proyek Masela. Yang ditambah dengan masalah arus kas, sehingga secara korporasi Shell lebih memprioritaskan untuk fokus melanjutkan proyek-proyek yang sudah berjalan.

"Dampak covid-19 pada perusahaan energi cukup signifikan dan akan mempengaruhi arus kas dan kemampuan berinvestasi di masa depan," ujar Fabby.

Sementara terkait Mitsui di bisnis listrik dari batubara, Fabby berpandangan bahwa hal itu berkaitan dengan penilaian korporasi atas risiko jangka panjang dan tingkat profitabilitas atas PLTU Paiton di masa depan.

Menurutnya, aksi Mitsui ini memberikan sinyal bahwa investasi di PLTU sudah tidak lagi menarik dan kemungkinan besar, investor-investor lain juga akan melakukan tindakan serupa sebagai upaya untuk mitigasi risiko investasi di pembangkit thermal.

Dengan adanya peristiwa semacam ini, Fabby meminta pemerintah untuk mawas diri. Baginya, pemerintah mesti lebih menyiapkan kerangka regulasi yang kondusif untuk investasi di lini transisi energi.

Baca Juga: Kabar Shell hengkang, SKK Migas: Diskusi masih berlangsung, Inpex jalan terus

"Sebaiknya pemerintah justru all out mendorong investasi energi bersih dan efisiensi energi yang sekarang justru lebih punya prospek dan minat dari investor global. Transisi itu kan proses, artinya pemerintah harus punya kerangka kebijakan yang memberikan kepastian," katanya.

Sedangkan untuk sektor migas, Fabby melihat pemerintah perlu memperhatikan apakah investasi migas di Indonesia sudah memberikan tingkat pengembalian investasi yang lebih kompetitif dari negara lain, atau masih tertinggal.

"Proses yang lebih sederhana dan kepastian bisnis yang lebih baik. Ini yang perlu menjadi perhatian pemerintah," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×