Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi minyak dan gas bumi (migas) tengah jadi sorotan pasca Shell dikabarkan berniat hengkang dari Blok Masela yang investasinya mencapai US$ 20 miliar.
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai selain dampak pandemi, isu reshuffle juga turut jadi pertimbangan para investor dalam pengambilan keputusan.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan, kondisi pandemi covid-19 membuat permintaan energi mengalami penurunan dalam jangka waktu panjang.
Baca Juga: Sektor hulu migas terpukul Covid-19, pemerintah diminta serius benahi iklim investasi
Selain itu, menyoal yang terjadi pada Shell Bhima menilai pertimbangan kondisi ke depan jelas menjadi salah satu alasan Shell berniat hengkang.
"Iklim investasi jadi isu yang dicermati, selain itu isu reshuffle. Bagaimana jika mereka sudah berinvestasi jangka panjang tapi ada ketidakpastian kebijakan, regulasi," tutur Bhima kepada Kontan.co.id, Senin (6/7).
Bhima melanjutkan, indeks daya saing Indonesia dalam IMD World Competitiveness 2020 merosot dari peringkat 32 menjadi peringkat 40 membuat perlunya ada perbaikan iklim investasi.
"Selain itu Shell juga mungkin melihat situasi kondisi keuangan sehingga khawatir kalau dipaksakan akan justru merugikan korporasi dalam jangka waktu yang cukup panjang," jelas Bhima.