kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.937.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.405   86,00   0,53%
  • IDX 6.950   -157,75   -2,22%
  • KOMPAS100 1.008   -27,66   -2,67%
  • LQ45 773   -19,51   -2,46%
  • ISSI 226   -4,88   -2,11%
  • IDX30 401   -11,41   -2,77%
  • IDXHIDIV20 470   -12,56   -2,60%
  • IDX80 113   -2,98   -2,57%
  • IDXV30 116   -2,83   -2,39%
  • IDXQ30 129   -3,23   -2,43%

Imbas Perang Israel-Iran, Asosiasi Logistik Wanti-Wanti Kenaikan Ongkos Angkutan


Kamis, 19 Juni 2025 / 11:33 WIB
Imbas Perang Israel-Iran, Asosiasi Logistik Wanti-Wanti Kenaikan Ongkos Angkutan
ILUSTRASI. ALFI Institute menilai bahwa eskalasi konflik geopolitik Israel Iran berpotensi menaikan ongkos logistik internasional. ANTARA FOTO/Andri Saputra/Spt.


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Institut Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI Institute) menilai bahwa eskalasi konflik geopolitik Israel Iran berpotensi menaikan ongkos logistik internasional. Pasalnya, konflik tersebut akan semakin meluas jika aksi blokade Selat Hormuz yang menjadi salah satu jalur distribusi minyak dan gas dari Timur Tengah ke Asia Pasifik dilakukan.

Chairman ALFI Institute, Yukki Nugrahawan Hanafi, menjelaskan, pelaku usaha sektor transportasi dan logistik rantai pasok tengah mencermati eskalasi konflik yang terjadi jika skenario blokade dilakukan di Selat Hormuz, yang menjadi jalur nadi distribusi energi dunia. 

“Saat ini para pelaku usaha logistik rantai pasok internasional dan nasional telah melakukan kalkulasi risiko melewati wilayah perairan yang berdekatan dengan Selat Hormuz. Dengan mitigasi risiko tersebut, akses dan ketersediaan logistik yang melewati perairan tersebut dapat berkurang sehingga mengganggu rantai pasok global,” jelasnya melalui keterangan resmi, Kamis (19/6).

Baca Juga: Kapitalisasi Pasar Kripto Anjlok US$160 Miliar Akibat Perang Israel-Iran

Sebagai informasi, Selat Hormuz merupakan titik strategis jalur distribusi energi dunia, di mana menurut Badan Energi Internasional (IEA), rata-rata minyak mentah yang diangkut melalui selat tersebut mencapai 20 juta barel per hari atau setara dengan 30% total perdagangan dunia. Pengiriman gas alam cair (LNG) melalui Selat Hormuz juga tercatat mencapai 20% porsi perdagangan global.

Yukki melanjutkan, selain akses perairan yang mulai dihindari oleh para pelaku usaha logistik internasional, kenaikan harga komoditas energi akibat blokade Selat Hormuz bakal mendorong peningkatan biaya logistik, sehingga berdampak pada pengiriman ekspor-impor dan daya saing produk Indonesia. Apalagi lagi ada kekhawatiran blokade Selat Hormuz juga akan direspons oleh aksi lain di Laut Merah.

Baca Juga: Konflik Israel-Iran Berpotensi Naikkan Tarif Pelayaran Hingga 300%

“Jika blokade Selat Hormuz dilakukan sebagai retaliasi Iran terhadap Israel, kenaikan harga biaya logistik nantinya tidak hanya didorong oleh perubahan jalur perdagangan, namun juga kenaikan cost of operations akibat dari kenaikan harga komoditas energi, khususnya minyak mentah. Di tengah perlambatan permintaan perekonomian global akibat perang tarif sepanjang tahun 2025 ini, kenaikan biaya logistik akan memberi tekanan tambahan bagi pelaku usaha ekspor-impor,” tuturnya.

Lebih lanjut, Yukki menambahkan, berkaca dari konflik laut merah pada periode akhir 2023 dan awal 2024 lalu, para pelaku usaha harus menanggung peningkatan biaya pengangkutan lebih tinggi serta disrupsi terhadap waktu transit pengiriman yang lebih lama.

“Para pelaku usaha nasional perlu waspada dan antisipatif terhadap kenaikan ongkos logistik, khususnya melihat jika eskalasi Perang Israel-Iran berlangsung lebih lama dan spill-over pada jalur perdagangan utama lainnya, seperti Laut Merah. Selain itu, rantai pasok kebutuhan nasional juga dipastikan dapat terganggu akibat penyesuaian yang dilakukan pelaku usaha akibat hambatan logistik.” pungkasnya.

Selanjutnya: 4 Cara Menambang Bitcoin dari Rumah pada 2025, Cocok untuk Pemula!

Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Besok Jumat 20 Juni 2025: Waspadai Tekanan, Siapkan Rencana Baru

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×