kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.197   56,46   0,79%
  • KOMPAS100 1.106   11,25   1,03%
  • LQ45 878   11,38   1,31%
  • ISSI 221   1,04   0,47%
  • IDX30 449   5,97   1,35%
  • IDXHIDIV20 540   5,29   0,99%
  • IDX80 127   1,41   1,12%
  • IDXV30 134   0,41   0,31%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Impor Bensin Melonjak, Pemerintah Dorong Pemanfaatan BBN di Sektor Transportasi


Selasa, 10 Oktober 2023 / 14:19 WIB
Impor Bensin Melonjak, Pemerintah Dorong Pemanfaatan BBN di Sektor Transportasi
ILUSTRASI. Kementerian ESDM dorong pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN) di sektor rransportasi


Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat lonjakan konsumsi bensin dalam kurun 7 tahun-10 tahun terakhir.

Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) Indonesia pada tahun 2022 mencapai lebih dari 1.100 Million Barrel Oil Equivalent (MBOE), meningkat sekitar 30% apabila dibandingkan dengan 10 tahun sebelumnya, tahun 2012. Hal tersebut dikarenakan terjadinya peningkatan konsumsi BBM di sektor industri dan transportasi.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan, sebagian besar dari kebutuhan domestik tersebut, berasal dari impor, terutama bensin.

"Impor bensin meningkat dari sekitar 123 juta barel di tahun 2015 menjadi 138 juta barel di tahun 2022. Ketergantungan yang tinggi terhadap impor bahan bakar tentunya akan membahayakan ketahanan energi nasional," kata Arifin dalam acara 'Sustainability: Ethanol Talks' yang diselenggarakan di Jakarta, Senin (9/10).

Arifin melanjutkan, pemerintah tengah berusaha untuk mengurangi ketergantungan impor minyak, dengan mengembangkan bahan bakar nabati (BBN), di mana Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sumber BBN yang besar.

Baca Juga: Impor Minyak Diproyeksi Melonjak, Neraca Dagang Terancam Defisit

Seperti program biodiesel, lanjut Arifin, yang telah ditetapkan pada tahun 2008 dengan menerapkan campuran 2,5%, dan terus meningkat hingga pada Februari 2023 telah ditetapkan mnadatori campuran Biodiesel mencapai 35%, atau lazim disebut B35.

"Implementasi program biofuel juga dimaksudkan untuk mengurangi emisi hingga 31,9% di bawah BAU (Business as Usual) pada tahun 2030, dan memenuhi target bauran energi sebesar 23% pada tahun 2025," tambahnya.

Sementara untuk program bioetanol, Arifin mengatakan bahwa program tersebut belum dapat berjalan secara optimal, dimana pada tahun 2008-2009 dan 2015-2016 pencampuran bioetanol dilakukan dalam skala kecil, dan pada akhirnya harus dihentikan karena kurangnya bahan baku, harga bahan baku yang mahal, serta terbatasnya infrastruktur pendukung program bioetanol.

Meski demikian, pada November tahun 2022 lalu, Presiden RI Joko Widowo telah mencanangkan program bioetanol dari tanaman tebu di Mojokerto Jawa Timur untuk meningkatkan ketahanan energi nasional.

Kemudian pencampuran bioetanol juga tengah dilaksanakan PT Pertamina melalui campuran bensin Etanol 5% dengan Ron 95 pada produk Pertamax Green 95 yang saat ini telah tersedia di beberapa SPBU di Surabaya dan Jakarta.

Baca Juga: Bersama Rosneft, Pertamina Tetap Jalankan Kilang Tuban

Lebih lanjut, Arifin mengatakan, untuk mendukung keberlanjutan mandatori bioetanol ke depan, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).

"Perpres tersebut didorong karena terbatasnya bahan baku tebu, dan juga terbentur dengan masalah pangan, sehingga pemerintah mendorong pengembangan bahan bakar nabati berbasis potensi lokal dan akan menciptakan pasar baru bagi produk pertanian lokal," pungkas Arifin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×