Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Edy Can
JAKARTA. Bisnis bioskop terancam setelah asosiasi produsen film Hollywood, Motion Picture Assosiation of America (MPAA) memutuskan menyetop mendistribusikan film Amerika per 17 Februari 2011. Juru bicara 21 Cineplex Noorca M. Massardi mengatakan, keputusan MPAA itu mengancam eksistensi bioskop di Indonesia.
Menurut Noorca, pihaknya setiap tahun memutar film impor sekitar 120 hingga 150 judul film. "Dari jumlah itu, sekitar 100 judul film berasal dari Amerika," ungkap Noorca, Jumat (18/2).
MPAA memutuskan menghentikan pengiriman film lantaran keberatan atas bea masuk atas hak distribusi film impor. Deputy Managing Director MPAA Asia Pasific Frank Rittman mengatakan, aturan itu memberatkan mereka.
Dian Sunardi, Marketing Manager Blitzmegaplex belum bisa berkomentar banyak. Yang jelas, pihaknya masih menayangkan film-film buatan Amerika.
Menanggapi ancaman itu, Wakil Ketua Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N) Rudi Sanyoto mengatakan MPAA perlu menjelaskan lebih jauh mengenai keberatannya terhadap aturan yang ada di Indonesia. Rudi mengatakan MPAA juga pernah mengancam hal sama pada Thailand saat menaikkan bea masuk bagi film impor pada tahun 80-an.
Menurutnya, MPAA sempat berhenti mengimpor film tapi hanya beberapa bulan saja. "Tapi kalau sampai bilang mereka rugi, itu jelas tidak benar," ungkap Rudi.
Rudi mengungkapkan, pada tahun 2010, film yang terserap pasar Indonesia mencapai 250 judul film. Dari jumlah itu sebanyak 167 judul adalah film impor. Sementara produksi film nasional hanya 83 judul, turun 7,2% dibanding tahun 2009 sebanyak 89 judul.
Data BP2N menyebutkan hingga akhir tahun 2010 jumlah bioskop di Indonesia mencapai 157 gedung. Bioskop terbanyak berada di Jakarta yaitu sebanyak 48 gedung bioskop. Menyusul kemudian Bandung dengan 11 gedung bioskop dan Surabaya 10 gedung bioskop.
Direktorat Film Kementerian Budaya dan Pariwisata Ukus Kuswara mengaku masih mempelajari aturan yang dinilai memberatkan oleh pihak MPAA. Dia akan berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan dan juga pihak MPAA. "Tapi jika tidak ada film Amerika berarti kesempatan untuk mengoptimalkan film dalam negerinya," ungkap Ukus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News