Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Edy Can
JAKARTA. Merebaknya optimisme bahwa impor tembakau tahun ini bakal berkurang ternyata tidak terbukti. Impor bahan baku utama rokok ini justru melonjak dua kali lipat lebih dibanding tahun 2010.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor tembakau oriental dari Turki sepanjang Januari–Mei 2011 mencapai US$ 11,57 juta. Nilai ini naik 111,51% dibandingkan periode sama tahun lalu yang tercatat US$ 5,47 juta.
Abdus Setiawan, Ketua Umum Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), menuturkan, kenaikan impor itu imbas dari buruknya hasil panen tembakau tahun lalu. Kala itu, produksi tembakau hanya 115.000 ton, turun 30% dibandingkan dengan tahun 2009 yang sebanyak 165.000 ton. "Ini akibat gagalnya produksi tahun lalu, dampaknya baru terasa mulai akhir tahun hingga sekarang," jelasnya kepada KONTAN, Rabu (27/7).
Situasi makin parah karena produksi tembakau nasional hingga semester I–2011 ini pun mandek. Abdus melihat, hingga Juli ini, luas lahan tembakau yang sudah panen baru 2% dari 200.000 hektare (ha) lahan nasional. Wakil Ketua Asosiasi Masyarakat Tembakau Indonesia Budidoyo menambahkan, tidak mustahil puncak panen pada Agustus–September ini terganggu. "Karena, sampai hari ini masih ada hujan," jelasnya. Abdus sendiri memprediksi, produksi tahun hanya 140.000 ton.
Industri rokok jelas kelabakan untuk mendapatkan bahan baku. Sebab, dalam setahun, industri rokok nasional membutuhkan sekitar 200.000 ton tembakau untuk menunjang produksinya. Maka, impor pun bertambah.
Abdus menduga, impor tembakau hingga penghujung tahun 2011 bisa mencapai 60.000 ton. Volume itu lebih tinggi ketimbang impor tahun 2010 yang ditaksir 40.000 ton.
Biar begitu, kata Abdus, para petani nasional tak tinggal diam. Kata Abdus, para petani di Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur mulai serius menanam jenis tembakau impor yaitu tembakau virginia pluecured dan tembakau oriental. "Kami ingin impor terus berkurang, karena kalau semakin banyak bisa merusak harga di petani," tegas Abdus.
Informasi saja, harga tembakau lokal di Temanggung, Jawa Tengah, saat ini sekitar Rp 65.000 per kilogram (kg), sedangkan di Boyolali sekitar Rp 85.000 per kg.
Ketua Umum Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo) Muhaimin Moefti berkata, tembakau impor sebenarnya diserap sebagian kecil produsen rokok, yaitu produsen rokok asing. Umumnya, produsen rokok putih nasional justru memilih tembakau lokal. "Tembakau virginia dari Lombok itu berkualitas bagus," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News