Reporter: Siti Rohmatulloh | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingginya biaya logistik dan tarif bea cukai masih menjadi kendala bagi importir Indonesia. Meski dwelling time atau waktu bongkar muat sudah ditekan menjadi tiga hari, namun biaya logistik belum mengikuti secara signifikan.
Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Anthon Sihombing menuturkan selain biaya logistik, kepentingan di bea cukai pun tidak berjalan mulus. Banyak anggota GINSI yang mengeluhkan susahnya keluar barang-barang akibat proses bea cukai dan perpajakan.
Pelaksana tugas Direktur Jenderal Perhubungan laut Bay Mokhamad Hasani menerangkan sulitnya bernegosiasi dengan para pengusaha termasuk importir secara individu.
Oleh sebab itu, perlunya meningkatkan koordinasi dengan wadah seperti GINSI sebagai mitra pemerintah yang dapat memberikan pertimbangan dalam perumusan kebijakan.
“Mereka harus dilibatkan agar semua dapat terakomodasi,” ujarnya, Jumat (13/10).
Hal tersebut juga diakui Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan. Menurutnya, organisasi atau perkumpulan para pengusaha seperti GINSI adalah mitra yang memegang peran penting dalam perumusan kebijakan ekspor dan impor. Oke menambahkan, “Sekarang jelas kami bisa berkoordinasi dengan siapa terkait tata kelola impor ini.”
Anthon berharap pemerintah memberikan pelatihan dan pendidikan sehingga importir bisa satu payung dan bekerjasama menaikkan peringkat Indonesia dari segi logistik yang saat ini berada di bawah Vietnam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News