CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Inalum beli Freeport pakai utang, Inalum: Kami dapat US$ 1 miliar dari dividen


Selasa, 01 Januari 2019 / 11:13 WIB
Inalum beli Freeport pakai utang, Inalum: Kami dapat US$ 1 miliar dari dividen
Direktur Keuangan Inalum, Orias Petrus Moedak


Reporter: Azis Husaini, Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah selama puluhan tahun hanya menerima dividen kecil dari penambangan emas PT Freeport Indonesia. Saban tahun hanya menerima sekitar Rp 1,3 triliun untuk kepemilikan 9,36% saham. Alhasil, Indonesia tak pernah merasakan adanya kehadiran Freeport karena memang kontribusi keuangannya ke negara kecil dibandingkan produksi yang diperoleh setiap tahun.

Bukan saja kecil, Freeport pernah juga tidak menyetor dividen selama enam tahun dari 2011-2016. Namun, sejak Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) mengakuisisi 51,23% saham Freeport, otomatis dividen Freeport ke Inalum akan semakin gendut mencapai US$ 1 miliar sampai US$ 1,3 miliar.

Untuk mengurai perhitungan deviden yang diterima Inalum, wartawan Kontan.co.id Azis Husaini dan Ridwan Nanda Mulyana mewawancara Direktur Keuangan Inalum Orias Petrus Moedak di kantornya Gedung Energy SCBD, Pukul 16.00 WIB. Berikut petikan wawancaranya:

Kontan.co.id: Akuisisi Freeport terlihat rumit, kenapa?

Orias: Jadi sebenarnya, orang melihat memang seolah-olah rumit, padahal kami menyederhanakan yang rumit. Ibaratnya kami merapikan benang kusut sehingga bisa jadi sederhana. Sekarang kepemilikkannya jelas kan? Inalum bersama-sama Pemda Papua memiliki 51,23% dari PT Freeport Indonesia.

Sebelumnya kan selain kepemilkan itu, ada juga Rio Tinto yang bukan pemegang saham, tetapi dia mendapat 40% bagi hasil produksi. Waktu posisi itu enggak ada satu orang pun yang bertanya. Harusnya orang bertanya di situ, bukan pas sekarang. sekarang sudah jelas kok. Ini proses biasa. Hasilnya sederhana.

Prosesnya business to business (B to B), kita beli saham biasa. Tetapi kan kita sedang melepaskan posisi yang mitra tadinya (Rio Tinto), selain itu antara pemerintah dengan korporasi, sekarang menjadi business to business (B to B). Jadi (sekarang) negara mengambil posisi sebagai negara, bukan sebagai mitra bisnis korporasi. Karena sifatnya kontrak (KK) maka ketika mau diubah kontraknya, Freeport dan Rio Tinto juga mau jangan sampai ini diperlakukan semena-mena. Nah, proses menjaga ini yang menjadi terlihat rumit, karena deal-nya kan harus dengan pemerintah.

Kalau yang dengan Inalum selesai waktu harga kita dapat. Jadi waktu Juli 2018 dan meneken HoA itu sudah selesai secara koporasi. Tapi kan kita enggak bisa langsung eksekusi karena kan dia mitra sebelumnya negara sehingga harus dilepaskan dulu. Dia (Feeport) mau jangan sampai klasul-klasul di dalamnya itu apakah diamankan atau enggak di dalam izin usapa pertambangan khusus (IUPK).

Kontan.co.id: Tepatnya transfer US$ 3,85 miliar ke Freeport dan Rio Tinto kapan?

Orias: Hari Jumat (22/12) Itu kita eksekusi transfer. Transfer uang, kita udah bayar. 

Kontan.co.id: Duluan mana transfer US$ 3,85 miliar atau perubahan Kontrak Karya menjadi IUPK?

Orias: Kita harus bayar dulu, baru seserahan yang di Kementerian ESDM. Bapak kalau masuk hotel bintang lima, itu duit mesti ada dulu baru dikasih kunci kamar. Mau bintang berapa, pelayanan sehebat apa pun, harus duit dulu. Mesti uang di depan.

Kontan.co.id: Setelah selesai akuisisi, kapan deviden mulai diberikan?

Orias: Tahun 2022 kita akan dapat US$ 1,3 miliar , lalu tahun 2023 sebesar US$ 1 miliar sampai 2041. Untuk tahun 2018 sudah dapat US$ 180 juta dan tahun 2019 dapat US$ 470 juta. Kalau you dapat US$ 1 miliar setahun, selama 20 tahun, terus kamu hanya bayar bond yang US$ 3,85 miliar. Bayar enggak? Ya bayar dong. Cuma US$ 3,85 miliar. Modalnya cuma dengkul, karena kan enggak ngeluarin equity. Kenapa 2019 sampai 2021 belum full dividen karena mulai tahun 2019 hingga tahun 2021, tambang terbuka (open pit) Grasberg milik PTFI akan habis dan transisi ke tambang bawah tanah (underground mine).

Kontan.co.id: Kalau dapat US$ 1 miliar per tahun, kapan lunas global bond?

Orias: Kalau pinjam, hitung sederhana mungkin 2025 juga sudah selesai, dan you enggak ngeluarin uang ya karena uangnya dari pihak ke tiga, dan dari situ juga bayarnya bisa. Bisa ya, Bisa kan artinya, bukan berarti kita harus bayar pinjamannya. Bahwa uang untuk itu sudah ada. Hitungannya begini, kita dapat US$ 1 milair setahun sampai 2041. Mulai tahun 2021, Inalum dapat sekitar US$ 470-an juta, lalu tahun 2022 itu sekitar US$ 1,3 miliar kemudian tahun 2023 sebesar US$ 1 miliar sampai 2041.

Kontan.co.id: Jadi 2025 sudah lunas global bond?

Orias: Uangnya udah balik. Bahwa kita bayar apa enggak kan terserah kita nanti., tetapi kan enggak harus. Kan kalau kita bayar nanti kan bond holders bilang, lho ini orang pinjam 10 tahun terus sudah mau bayar? Enggak begitu. Kan kita pinjamnya ada yang jatuh tempo 3,5,10,dan 30 tahun.

Kontan.co.id: Bisa dipercepat bayarnya?

Orias: Ada yang tiga tahun jatuh tempo. Itu harus dibayar. Bukan bisa. Kita kan tahu, obligasi Inalum itungannya begini, ada empat tenor, yakni tiga tahun dengan nilai emisi US$ 1 miliar dengan kupon 5,5%, tenor lima tahun senilai US$ 1,25 miliar dengan kupon 6%, tenor 10 tahun senilai US$ 1 miliar dengan kupon 6,875%, dan tenor 30 tahun senilai US$ 750 juta dengan tingkat kupon 7,375%

Kontan.co.id: Kalau lihat keuangan Inalum dari Freeport bisa gak semua dipercepat pembayaran utangnya?

Orias: Kalau obligasi dibayar di percepat, itu ada prosesnya. Tapi di hari begini saya enggak mau bilang saya akan bayar. Aklau saya bilang saya akan bayar itu mengganggu, mengganggu bond holders-nya. dia pinjam untuk jangka panjang tiba-tiba you mau bayar di tahun ke-lima. Enggak, kalau di investor keuangan itu enggak boleh ada statement itu. bahwa mampu? pasti mampu, tapi tidak begitu, tidak bisa kita bilang, kita mau bayar. Hari ini tidak boleh bilang bahwa kita akan bayar. Di pasar tidak boleh, hukumnya tidak boleh, itu ketat. Tapi bahwa uang yang masuk ke Inalum sudah melebihi uang pinjaman kita (US$ 3,85 miliar). Jadi bahwa kita sudah terima lebih dari US$ 4 miliar di tahun 2025, itu betul.

Kontan.co.id: Pembayaran global bond (utang) per tahun berapa?

Orias: Per tahun dua kali bayar sekitar US$ 300 juta selama tiga tahun (2019-2021). Kami akan bayar mulai Mei 2019. Nanti, setelah kita bayar US$ 1 miliar nya dengan tenor tiga tahun maka tahun 2021 pembayaran utangnya turun seperempatnya atau sekitar US$ 135 juta karena di tahun 2021 pokoknya berkurang US$ 1 milair kan. Lalu selama lima tahun kan hilang lagi karena sudah bayar US$ 1,25 miliar, kita tinggal bayar US$ 130 juta. Totalnya tahun 2023 kita sudah bayar US$ 2,25 miliar dan tinggal US$ 1,75 miliar. Tahun ke-10, kita hanya tinggal bayar US$ 750 juta dengan tenor yang 30 tahun.

Kontan.co.id: Kalau kita hitung US$ 4 miliar sebenarnya kan tahun 2025 sudah selesai, kan gak ada beban lagi tuh?

Orias: Oh nanti di 2025 kita bicara itu. tapi bahwa sepanjang jalan itu kita bisa ekspansi? Iya. Freeport juga ekspansi. Dia butuh mungkin US$ 15 miliar untuk investasi (2021-2041). proyeksi pendapatan PTFI pada tahun 2019 hanya US$ 3,14 miliar, sedangkan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi atau earnings before interest, tax, depreciation and amortization (EBITDA) di tahun yang sama adalah US$ 1,25 miliar. Jumlah itu menurun lebih dari separuh pendapatan PTFI pada tahun ini adalah US$ 6,52 miliar dan EBITDA sebesar US$ 4 miliar. Pendapatan PTFI baru bisa mencapai US$ 6 miliar pada tahun 2022. Sebelum itu, pada tahun 2020, pendapatan PTFI diproyeksikan hanya sampai di angka US$ 3,83 miliar dan EBITDA US$ 1,79 miliar. Sementara pada tahun 2021, pendapatan diprediksi sebesar US$ 5,12 milair dan EBITDA US$ 2,64 miliar. (Bagian 3)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×