Reporter: Azis Husaini, Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jagad media sosial gaduh pasca Presiden Joko Widodo bersalaman dengan CEO Freeport McMoran Richard C Adkerson di Istana Negara, Jumat (21/12). Pertemuan itu adalah babak akhir dari akuisisi 51% saham Freeport Indonesia .
Tak pelak, tokoh publik seperti Rizal Ramli, Said Didu, Machfud MD, sampai ekonom Faisal Basri dan akademisi Rhenald Kasali ikut memberikan komentar soal aksi akuisisi divestasi tersebut.
Banyak pertanyaan soal perpanjangan operasi Freeport yang hanya tinggal sebentar lagi atau habis 2021, tetapi Inalum memilih mengakuisisi dengan nilai US$ 3,85 miliar.
Kontan.co.id bertemu Orias Petrus Moedak Direktur Keuangan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dan Wakil Direktur Utama Freeport di kantor Inalum Gedung Energy, SCBD Pukul 16.00 WIB. Berikut petikan wawancara wartawan Kontan.co.id Azis Husaini dan Ridwan Nanda Mulyana:
Kontan.co.id: Kenapa memilih untuk diakuisisi, kan kontrak Freeport habis 2021?
Orias: Kalau kontrak itu normal kan 30 tahun selesai (isi kontrak karya). Ada tanda titik. Tapi di isi kontrak karya itu ada kata “initial”. Jadi periode pertama. Kalau dibaca di pasal ini sudah disuruh ada periode kedua. Ini sudah memaksa akan ada periode kedua. Jadi tidak boleh ditunda-tunda atau delay. Kita tersandra di sana. Jadi ini ya memang kita diikat. Dia bilang ini pasal hantu, hanya hantu yang tidak takut sama hantu. Kita takut karena apa? jangan sampai uang negara keluar untuk yang begini (arbitrase)? Udah kalah, membangun barunya lagi susah. Karena ini kan dari rongsokan dibangun lagi. Enggak mau kita dijadikan rongsokan terus kita buka baru. Kita enggak mau negara rugi.
Kontan.co.id: Inalum mengurusi soal perpanjangan kontrak Freeport?
Orias: Enggak. Kami selesai ketika harga sudah diputuskan. Sekarang kalau kita jadi pemegang saham kita mau bahwa izin itu ada (perpanjangan). Pemerintah pun kan enggak boleh semena-mena. Kalau memang tidak mau diperpanjang, kan kita enggak perlu masuk. Kenapa kita mesti masuk US$ 3,85 miliar, habis itu enggak diperpanjang, itu kan ngawur, jadi kita juga berkepentingan bahwa itu di perpanjang. Karena kita akan jadi pemegang saham (mayoritas). Tapi yang mengurus ya mereka (Freeport) yang urus.
Kontan.co.id: Sudah diperpanjang, dapat 51% juga, manajemen keuangan masih FCX yang menguasai?
Orias: Jadi kalau mengenai operasional, jalannya perusahaan, diibaratkan begini. Kalau saya mau naik Grab, itu saya enggak perlu jadi supirnya kan? Kalau saya beli Barcelona, saya enggak perlu minta Pak Rendi (Head of Corcom Inalum) gantiin Messi kan? Kan nggak perlu! supaya dia tetap menang, ya sudah, biar saja Messi tetap main. Kenapa kita harus ganti sama Pak Rendi atau ganti sama Orias? Enggak. Jadi proses yang berjalan sekarang ini, orang di luar melihat seolah-olah, bahwa kalau kita beli sahamnya, kita harus jalanin perusahaanya. Lho, ini kita bisa monitor, dan secara keuangan akan lebih baik. Tahun ini kita terima US$ 180 juta-an deviden. Duit US$ 180 juta sudah terima sebelum tangal 21 Desember 2018 kemarin. Tahun ini kita terima US$ 180 juta karena Inalum punya saham 9,36%. Artinya apa, dia (Freeport) terima 10 kali-nya, karena dia 91% waktu itu ke mereka. Selama ini kan kalau berapa pun kita terima, dia selalu terima 10 kalinya. Nanti kan secara keuangan, kan kita jadi bagi dua, 50:50 lah (posisi saham hampir berimbang).
Kontan.co.id: Benar, Anda sudah mempelajari struktur keuangan Freeport?
Orias: Harusnya sudah ya, iya dong. Masa kita beli orang kita enggak tahu.
Kontan.co.id: Celah-celah apa yang cost-nya bisa dikurangi?
Orias: Kita tahu. Perbaikan perusahaan itu kita harus tahu. Jadi kalau masuk perusahaan itu, saya cerita, pengalaman aja. Kita lihat, uangnya cukup enggak? Orangnya bisa apa enggak? Planning-nya bagus apa enggak? Eksekusinya bagus enggak? Cuma empat itu aja yang dilihat. Asumsi saya mereka, orangnya pinter-pinter, uangnya ada, planning-nya jelas, tinggal eksekusinya. Nanti kita lihat ke sana, eksekusinya seperti apa. Karena pas kita masuk itu kan rencana jangka panjangnya sudah ada sampai 2041.
Kontan.co.id: Nanti ada perubahan nggak dari roadmap itu?
Orias: Roadmap itu kesepakatan pemegang saham. Jadi itu direksi mengeksekusi. Kalau ada biasnya, sampai level tertentu masih bisa ditolerir, kalau lebih dari itu kita harus lapor pemegang saham, kesepakatan bersama.
Kontan.co.id: Menurut tim sukses Capres Prabowo, kalau mereka menang, transaksi akan ditinjau ulang?
Orias: Ini negara ini harus maju ke depan, lihat kaca depan, bukan lihat kaca spion. Setiap datang lihat spion enggak akan maju. Yang mau ditinjau ulang apa? kan sudah slesai, sifatnya izin sekarang. Kalau lihat kembali itu kan merendahkan diri. Orang levelnya udah B to B, ngapain sih (Presiden) ikut turun ke bawah? Siapa pun presidennya. Sekarang levelnya sampai Dirjen Minerba. Bahwa itukan terakhir (dengan pimpinan negara), sebagai negara dengan korporasi sudah selesai, sekarang korporasi dengan korporasi. Bahwa sekarang kita levelnya sampai Dirjen Minerba. Dan izinnya sudah dikasih, sudah selesai juga, tinggal dieksekusi hasil IUPK-nya. Sekarang sudah menjadi terhomrat, dimana perusahaan itu deal dengan perusahaan. Negara sebagai pemberi izin. Kan strukturnya sudah menjadi benar. Tapi untuk menguraikan masa lalu itu ada proses yang kita lewati dan selesai. (Bagian 1)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News