Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri BUMN Rini Soemarno memberikan target baru bagi PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) untuk menyelesaikan divestasi saham 51% PT Freeport Indonesia (PTFI) pada Juni 2018. Direktur Utama Inalum, Budi Gunawan Sadikin mengatakan akan segera menyelesaikan divestasi saham Freeport Indonesia.
"Semua ingin secepatnya, tapi transaksi mesti dilakukan dengan baik dan bagus. Bulan Juni timing yang baik. Sebelum Pilkada," kata Budi, Jumat (18/5) malam.
Salah satu caranya dengan kembali melakukan pembicaraan dengan Chief Executive Officer Freeport McMoran Richard C. Adkerson yang kebetulan berada di Jakarta pada Jumat (18/5) lalu. Adkerson terlihat menyambangi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk bertemu Menteri ESDM Ignasius Jonan.
Selain menyambangi Kementerian ESDM, menurut Budi, Adkerson juga bertemu dengannya dalam rangka Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Freeport Indonesia. Selain itu, juga membicarakan mengenai divestasi.
"Adkerson datang RUPS tadi. Pertama kali Inalum duduk bareng dengan Adkerson. Kami RUPS, tapi ada bicara yang lain, ada," ungkapnya.
Menurut Budi, kemajuan pembicaraan terkait divestasi sudah cukup bagus, baik dengan Freeport maupun dengan Rio Tinto, terutama soal masalah isu lingkungan.
Budi menyebut, sebelumnya ada potensial isu terkait lingkungan seperti pelanggaran daftar lingkungan hidup, analisis dampak lingkungan (Amdal), dan beberapa dispute terkait dengan Keputusan Menteri (Kepmen). Tapi, masalah isu lingkungan ini sudah dibicarakan dengan Rio Tinto dan Freeport Indonesia.
"Bagusnya sudah ketemu duduk bareng," ucapnya.
Dengan langkah tersebut, Budi cukup yakin divestasi 51% saham Freeport Indonesia bisa segera selesai. "Yang jelas progresnya bagus. Insyah Allah doakan, cepat-cepat," ujarnya.
Sementara untuk kebutuhan dana, Budi cukup percaya diri Inalum bisa mendapatkan pendanaan untuk membeli saham Freeport Indonesia. Katanya, Inalum punya EBITDA sebesar US$ 1 miliar pada 2017. Pada tahun ini EBITDA Inalum diyakini bisa mencapai US$ 1,5 miliar.
"Sebagai bankir, saya hitung tiga kali EBITDA jadi US$ 4,5 miliar, tambah US$ 1,5 miliar, kami punya US$ 6 miliar kapasitas kami. Selama jadi seharga US$ 6 miliar, kami bisa. Apalagi ini ada isinya, pasti dapat," papar Budi.
Budi menyebut cadangan emas Freeport Indonesia masih cukup besar. Untuk Grasberg Open Pit memang akan segera habis pada tahun ini. Tapi, selain Grasberg, ada tambang tembaga dan emas lainnya di kawasan Freeport Indonesia seperti area pertambangan dengan nama Kucing Liar dan Blok B yang sampai saat ini belum digali oleh Freeport Indonesia.
"Kucing Liar besar juga, tapi Freeport memutuskan tidak akan digali. Dia rugi karena kalau gali 20 tahun (kontrak) sudah habis. Itu ditinggalkan untuk penerus-penerus kita. Blok B itu besar sekali, masih banyak cadangan emas di sana," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News