kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Indef: Ruang penurunan harga BBM bisa dalam rentang 20%-25%


Kamis, 23 April 2020 / 07:10 WIB
Indef: Ruang penurunan harga BBM bisa dalam rentang 20%-25%
ILUSTRASI. Petugas mengisi bahan bakar minyak?kendaraan di SPBU Pertamina, Bogor, Kamis (9/4). Pasokan BBM Pertamina untuk produk jenis?bensin seperti Premium, Pertalite, dan Pertamax dinyatakan aman di atas 22 hari atau selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia yang melemah tak otomatis membuat harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri mengalami penurunan. PT Pertamina (Persero) maupun badan usaha swasta penyalur BBM masih belum melakukan penyesuaian harga.

Padahal, menurut Direktur Eksekutif Institute Development of Economic and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad, ruang penurunan harga BBM semestinya terbuka lebar di tengah kondisi saat ini.

Baca Juga: Harga minyak dunia anjlok, premi asuransi energi diproyeksi ikut tertekan

Tauhid berpendapat, penurunan harga BBM di saat kondisi ekonomi dan daya beli masyarat tertekan dampak Corona (covid-19) bakal berdampak positif.

"(Dampak penurunan harga BBM) akan besar sekali. Harga BBM turun turut membantu menurunkan tingkat inflasi dan menjadi kompensasi kenaikan harga yang lain," katanya saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (22/4).

Namun, Tauhid memahami, kebijakan penurunan harga BBM bukan lah hal yang mudah. Butuh perhitungan cermat dari sisi keekonomian bisnis dan korporasi, khususnya bagi PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bisnis hulu migas serta mengemban penugasan dari pemerintah.

Ia menilai, dengan melihat pergerakan komponen biaya pembentukan serta pelemahan nilai kurs rupiah saat ini, maka penurunan harga BBM tidak akan signifikan sebagaimana harga minyak mentah dunia yang anjlok drastis.

Menurutnya, harga BBM non-subsidi Pertamina paling tidak memiliki ruang penurunan di kisaran 20%-25% dari harga saat ini.

Oleh sebab itu, pemerintah dan Pertamina perlu segera berkonsolidasi pada akhir bulan ini untuk menentukan penyesuaian harga BBM.

"Penurunan tidak bisa drastis separuh harga. Paling tidak 20%-25% bertahap. Yang terpenting bagaimana bisnis migas tetap berjalan, tetapi juga memberikan ruang penurunan yang memang diperlukan masyarakat," terangnya.

Tauhid pun berpendapat, peninjauan kembali harga BBM di tengah kondisi pandemi seperti saat ini semestinya bisa lebih dinamis untuk bisa menyesuaikan pergerakan harga internasional berikut dengan cost dan margin keekonomian yang diperlukan badan usaha.

"Kalau harganya cukup dinamis, paling tidak dua bulan ditinjau lagi. Jadi bisa mengikuti perkembangan harga internasional. Sambil mempertimbangkan harga keekonomian untuk produksi dalam negeri," terang Tauhid.

Ia juga menyebutkan, respon setiap negara terhadap pelemahan harga minyak mentah dunia memang akan berbeda, bergantung dari kemampuan kilang serta ketersediaan tempat penyimpanan.

"Bagi yang punya kilang atau tempat penyimpanan banyak, itu positif. Tapi kita kan terbatas. Jadi tetap ada pertimbangan industri dalam negeri untuk migas," ungkapnya.

Sebagai informasi, dalam sebulan terakhir harga minyak dunia sudah anjlok ke level US$ 20 per barel bahkan terus tergerus dan sempat merosot hingga minus.

Baca Juga: Melihat dampak penurunan harga minyak WTI ke industri petrokimia

Harga minyak pada West Texas Intermediate (WTI) di New York hingga malam kemarin untuk kontrak pengiriman Juni 2020 berada di angka US$ 15 per barel

Namun, penurunan harga minyak mentah dunia bukan menjadi satu-satunya pertimbangan. Sebelumnya, dalam agenda Rapat Dengar Pendapat (RDP) virtual Pertamina dan Komisi VII DPR RI pada Selasa (21/4), Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan kendati terjadi penurunan parameter seperti Indonesia Crude Price (ICP) namun nilai tukar dinilai masih tinggi.

"Kenapa BBM tidak turun, formula harga BBM ditetapkan oleh Kementerian ESDM. Semoga pemerintah ambil keputusan tepat. ICP memang turun tapi dolar AS lebih tinggi dari yang kami rencanakan. (Apalagi) demand turun," ungkap Nicke.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×