kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Indeks Kepercayaan Industri (IKI) di Juli 2024 Turun ke 52,4


Kamis, 01 Agustus 2024 / 10:46 WIB
Indeks Kepercayaan Industri (IKI) di Juli 2024 Turun ke 52,4
ILUSTRASI. Indeks Kepercayaan Industri (IKI) RI di bulan Juli tahun 2024 mengalami penurunan jika dibandingkan IKI pada Juni 2024 lalu.


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Kepercayaan Industri (IKI) RI di bulan Juli tahun 2024 mengalami penurunan jika dibandingkan IKI pada Juni 2024 lalu.

"IKI pada bulan Juli tahun 2024 bernilai 52,4. Itu artinya melambat sebesar 0,10 poin dibandingkan IKI bulan Juni 2024 yakni sebesar 52,5. Dan kalau dibandingkan dengan IKI bulan Juli tahun yang lalu (2023) sebesar 53,1 maka IKI Juli 2024 mengalami penurunan 0,91 poin," ungkap Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta, Rabu (31/07).

Dari 23 subsektor industi pengolahan yang dianalisis dalam IKI, terdapat tiga subsektor yang terkonstraksi dengan besaran share kepada Produk Domestik Bruto (PDB) 6,4%.

Adapun, subsektor yang mengalami kontraksi adalah industri tekstil, kertas dan barang dari kertas serta industi mesin dan peralatan yang tidak diklasifikasikan.

Baca Juga: Industri Petrokimia Turut Keluhkan Permendag No 8 Tahun 2024, Ini Alasannya

Ia juga menjelaskan bahwa nilai IKI produk tekstil belum berubah dan justru cenderung turun, sehingga upaya pengamanan barang beredar terkait produk industri tekstil dirasa belum berdampak, juga karena satgas barang impor ilegal baru mulai bekerja pada akhir bulan Juli ini. Saat ini, masih banyak produk ilegal tekstil impor yang beredar sehingga kebijakan perbaikan sistem, pengendalian impor tekstil, dan pemindahan pelabuhan impor perlu segera dilakukan.

Jika dilihat lebih detail, perlambatan nilai IKI dipengaruhi oleh menurunnya nilai variabel pesanan baru dan masih terkontraksinya variabel produksi. Nilai IKI variabel pesanan baru menurun 1,86 poin menjadi 52,92, sedangkan variabel produksi meningkat 2,45 poin menjadi 49,44 atau masih kontraksi. Selanjutnya, nilai IKI variabel persediaan produk meningkat 0,48 poin menjadi 55,53.

Kondisi ini menunjukkan bahwa saat ini pesanan/penjualan di industri pengolahan masih dipenuhi oleh persediaan produk. Selain itu, di beberapa industri yang pesanan barunya kontraksi, produksi dilakukan untuk menambah tingkat ketersediaan produknya. Mayoritas industri pengolahan di Indonesia juga masih sangat mengandalkan pasar domestik. 

Penurunan pesanan terjadi hampir di seluruh subsektor industri. Dari 23 subsektor, 15 subsektor industri mengalami penurunan pesanan baru. Hal ini dikarenakan kondisi global yang belum stabil dan penurunan daya beli masyarakat di pasar domestik.

“Beberapa faktor lain yang menahan laju ekspansi IKI yaitu pelemahan nilai tukar dan pemberlakuan kebijakan relaksasi impor pasca dibukanya 26.000 kontainer impor yang tertahan di pelabuhan oleh Menko Bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan. Kondisi ini menunjukkan pentingnya peran kebijakan yang sinergis dalam pembangunan industri pengolahan,” ujar Febri.

Sedangkan, 20 sektor yang mengalami ekspansi memiliki share terhadap PDB industri pengolahan non-migas hingga 93,6%. Ekspansi tertinggi dialami oleh industri peralatan listrik, diikuti oleh industri pakaian jadi, dan industri percetakan dan reproduksi media. 

Baca Juga: Jurus Jitu Menperin Katrol Kinerja Industri Manufaktur Nasional

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×