kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Indofarma incar e-catalog Rp 250 miliar


Rabu, 14 Januari 2015 / 06:10 WIB
Indofarma incar e-catalog Rp 250 miliar
ILUSTRASI. NewJeans Chicken Dance ID Challenge bersama McD dan NewJeans


Reporter: Merlinda Riska | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina

JAKARTA. Perusahaan farmasi PT Indofarma Tbk mengincar pendapatan dengan menjadi pemasok obat generik dalam sistem e-catalog di Kementerian Kesehatan. Manajemen Indofarma menargetkan penjualan Rp 250 miliar dari bisnis ini. Target tersebut naik 25% dari realisasi penjualan obat generik dengan sistem e-catalog tahun lalu yakni sebesar Rp 200 miliar.

Namun, target ini belum pasti. Pasalnya, hingga saat ini manajemen Indofarma masih menunggu informasi soal Rencana Kebutuhan Obat (RKO) untuk program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). "Kami belum terima RKO dari pemerintah. Jadi, tidak tahu berapa nilai pasar e-catalog tahun ini," ujar Sekretaris Perusahaan Indofarma Yasser Arafat saat dihubungi KONTAN, Selasa (13/1).

Seperti kita tahu, sebelumnya, pemerintah sudah mengumumkan RKO pada Bulan Januari 2015. RKO ini memuat hasil survei pemerintah mengenai kebutuhan obat di setiap kabupaten atau kota seluruh Indonesia.

Meski begitu, perusahaan berkode INAF di Bursa Efek Indonesia itu meyakini kebutuhan e-catalog obat generik 2015 lebih besar dari tahun 2014 lalu. Sebab, tahun ini pemerintah mewajibkan perusahaan untuk mendaftarkan pekerjanya dalam program BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Selain proyeksi kebutuhan yang lebih besar, manajemen Indofarma juga memperkirakan belanja obat pemerintah lebih banyak direalisasikan di semester II. Maklum, anggaran pemerintah umumnya cair pada paruh kedua. Proyeksi ini berangkat dari pengalaman perusahaan ini di tahun lalu. Pada 2014, Indofarma sudah menyalurkan semua obat generik senilai Rp 200 miliar lewat tender e-catalog.

Target e-catalog hanya satu dari dua cara perusahaan ini untuk menjajakan obat generik. Selain ikut tender pemerintah, Indofarma juga bakal menggenjot penjualan obat generik ke rumah sakit swasta dan apotek swasta. Tak tanggung-tanggung, manajemen perusahaan ini menargetkan penjualan dari lini obat generik bisa berkontribusi hingga 90% tahun ini. 

Berdasarkan catatan KONTAN, Indofarma membidik pendapatan sebesar Rp 1,7 triliun pada 2015. Mengacu pada target itu, berarti target pendapatan dari obat generik adalah Rp 1,53 triliun. Dari target total pendapatan 2015 tesebut, Indofarma ingin mengantongi laba bersih Rp 40 miliar tahun ini.

Strategi efisiensi

Indofarma optimistis tahun ini bisa mencetak rapor biru. Untuk mendukung target rapor biru, manajemen Indofarma melengkapi dengan dua strategi. Pertama, memesan bahan baku untuk kebutuhan produksi selama setahun.

Pembelian stok jauh-jauh ini diyakini bisa meminimalisasi risiko depresiasi rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Patut dicatat, 90% bahan baku obat adalah impor.

Kedua, efisiensi. "Contohnya kami terus mempersingkat cycle time produksi," ujar Yasser.

Maksudnya, Indofarma akan mempercepat waktu produksi tanpa menurunkan kualitas obat dari semula dua minggu menjadi 10 hari. Untuk itu, Indofarma akan melanjutkan strategi pembaruan mesin-mesin yang sudah dimulai sejak tahun lalu.

Indofarma belum bisa menyebutkan realisasi pendapatan 2014. "Kinerja tahun lalu masih diaudit, kami harap sudah biru," ungkap Yasser. 

Hanya, sebelumnya, manajemen perusahaan itu memproyeksi pendapatan tahun 2014 mencapai Rp 1,39 triliun. Sementara laba bersih diharapkan positif Rp 1 miliar.

Hingga September 2014, perusahaan itu mencatatkan rugi tahun berjalan sebesar Rp 35,67 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×