kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,82   3,49   0.39%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesia berhasil ekspor telur tetas ke Myanmar


Rabu, 04 Januari 2017 / 19:13 WIB
Indonesia berhasil ekspor telur tetas ke Myanmar


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) mencatat pencapaian ekspor telur ayam tetas ke Myanmar sebesar 450,128 ton pada tahun lalu. Selain itu, ekspor sarang walet sebesar 19,39 ton dengan nilai US$ 7,5 miliar masuk ke China. Selain itu, saat ini, ekspor ayam beku asal Indonesia telah mendapat persetujuan khususnya standar sanitary and phytosanitary (SPS) dari negara Jepang dan Korea Selatan.

Kemtan mengklaim ini merupakan suatu pengakuan dari negara lain bahwa produksi unggas di Indonesia sudah bebas flu burung. Kepala Badan Karantina Kemtan Banun Harpini mengatakan, pihaknya terus mengantisipasi masuknya penyakit unggas ke Indonesia, khususnya lewat perbatasan.

Menurut Banun, Badan Karantina Pertanian memperketat pengawasan di pintu-pintu pemasukan dan pengeluaran di seluruh wilayah Indonesia. Pada tahun 2013, melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 44/Permentan/OT.140/4/2013 tentang Penghentian Pemasukan Unggas dan/atau produk segar unggas dari Negara Republik Rakyat Cina ke dalam Negara Republik Indonesia.

"Sehingga dapat dipastikan tidak adanya unggas dan/atau produk unggas dapat masuk ke wilayah Indonesia," ujarnya, Rabu (4/1).

Kemudian, pada 28 Desember 2016 juga telah dilakukan pelarangan pemasukan anak ayam alias day old chick (DOC) dan produk unggas ke Indonesia dari tujuh negara antara lain Belanda, Jepang, India, Perancis, Finlandia, Rumania dan Swedia. Pelarangan ini dilakukan berdasarkan informasi dari Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) terkait wabah flu burung yang terjadi di tujuh negara tersebut.

Pengawasan antar area atau pulau di wilayah Indonesia juga menjadi salah satu kebijakan Kemtan guna mendorong sentra unggas di provinsi bebas flu burung menjadi sumber produk unggas yang dapat diekspor. Perbaikan sarana dan fasilitas di seluruh pos lintas batas negara yang tengah digalakan pemerintah di akhir tahun 2016 juga menjadi pembuka peluang ekspor produk peternakan ke pelbagai negara tetangga, antara lain Papua Nugini dan Timor Leste.

Kemtan juga mengklaim dalam periode 10 tahun yakni dari 2005-2014 tampak kecenderungan penurunan baik kasus pada hewan maupun manusia. Hal ini sejalan dengan penanggulangan penyakit flu burung antar instansi yang berjalan dengan baik, terbukti dengan mulai meningkatnya kepercayaan negara mitra dagang terhadap produk peternakan dan terus berdampak positif terhadap peningkatan neraca perdagangan komoditas peternakan.

Kasus flu burung saat ini yang terjadi di Indonesia mengalami tren penurunan dan hanya pada lokus kecil peternakan rakyat, sedangkan perusahaan besar yang telah menerapkan sistem kompartemen tidak ditemukan kasus baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×