Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Serikat Petani Indonesia (SPI) menanggapi pernyataan Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman yang menyebut Indonesia berpotensi impor sebanyak 5 juta ton beras tahun depan karena El-Nino.
Ketua Pusat Perbenihan SPI, Kusnan mengatakan impor beras hanya menjadi solusi instan untuk pemenuhan stok beras dalam negeri. Padahal, menurutnya, peringatan El-Nino sebetulnya bisa di mitigasi jauh-jauh hari jika Pemerintah memiliki kesiapan yang matang.
Kusnan pun menyebut, dampak El-Nino sebetulnya bukan di penurunan produksi namun keterlambatan masa panen saja karena musim tanam pertama mengalami kemunduran.
"Mungkin yang terpengaruh hanya produksi beras di triwulan pertama saja," kata Kusnan pada kontan.co.id, Selasa (14/11).
Baca Juga: DPR Setujui Tambahan Anggaran Kementan Sebesar Rp 5,83 Triliun
Untuk itu, pihaknya menolak jika pemerintah harus melakukan importasi beras sebanyak 5 juta ton.
Alih-alih melakukan importasi, pihaknya menyarankan agar Kementan menggalakan kembali program padi gogo dan padi rawa yang selama ini terabaikan. Dalam kondisi seperti ini, menurut dia, kedua program tersebut dapat dijadikan solusi menambah cadangan beras pemerintah.
"Ya walaupun produktivitasnya masih di bawah padi irigasi, akan tetapi hamparan lahan padi Gogo cukup luas karena padi Gogo ini tidak membutuhkan genangan air. Ini bisa menambah produksi padi nasional," jelas Kusnan.
Sebelumnya, Mentan Amran mengatakan adanya El Nino tahun ini, Indonesia memutuskan untuk melakukan impor 3,5 juta ton beras. Amran memperkirakan, impor beras bahkan bisa berpeluang menjadi 5 juta ton pada tahun 2024 jika tak ada upaya peningkatan produksi.
Baca Juga: Bapanas Masih Optimisitis Produksi Beras Dalam Negeri Bisa Perkuat CBP
Sejalan dengan kondisi tersebut, Amran menuturkan pihaknya melakukan refocusing anggaran untuk melakukan percepatan peningkatan produksi. Dimana, diusulkan adanya realokasi anggaran sebesar Rp 1 triliun dari eksternal dan internal lingkup Kementerian Pertanian.
Amran menjelaskan, dari Rp 1 triliun realokasi tersebut sebanyak Rp 934 miliar akan digunakan oleh Ditjen Tanaman Pangan. Di antaranya untuk penyediaan benih padi dan jagung, saprodi padi dan jagung, alsintan pasca panen dan koordinasi pendampingan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News