Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia berupaya menjadi pusat industri mineral berkelanjutan dan bernilai tambah di tingkat global. Salah satu upaya itu melalui partisipasi dalam ajang International Mining and Resources Conference (IMARC) 2025 di Sydney, Australia.
Kehadiran Indonesia di forum pertambangan terbesar di kawasan Asia Pasifik ini menjadi diplomasi ekonomi yang menekankan transformasi dari negara pengekspor bahan mentah menuju pemain utama dalam rantai pasok mineral dunia.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Australia dan Vanuatu, Siswo Pramono mengatakan, partisipasi Indonesia di IMARC bukan sekadar pameran potensi sumber daya alam, melainkan arah baru kebijakan industri nasional yang berbasis nilai tambah, inovasi, dan keberlanjutan.
“Dengan cadangan nikel terbesar di dunia serta sumber daya timah, bauksit, dan tembaga yang melimpah, Indonesia kini tidak lagi berbicara soal ekspor bahan mentah. Kita tengah membangun narasi industri yang berorientasi pada hilirisasi, inovasi, dan kolaborasi global,” papar Siswo, dalam rilis ke Kontan.co.id, Senin (27/10).
Dalam forum ini, Indonesia menampilkan peta jalan hilirisasi mineral, yang menghubungkan proses eksplorasi, pemurnian, hingga manufaktur produk bernilai tinggi.
Baca Juga: MIND ID: Divestasi Saham Freeport Akan Segera Selesai
Pendekatan tersebut tidak hanya memperkuat ketahanan ekonomi nasional, tetapi juga membuka peluang kerja sama strategis dengan berbagai negara, termasuk Australia — terutama dalam bidang riset mineral kritis, teknologi tambang rendah karbon, serta pengembangan kapasitas sumber daya manusia di sektor energi dan pertambangan.
“Hilirisasi bukan hanya kebijakan industri, tetapi strategi ekonomi jangka panjang yang selaras dengan arah transisi energi bersih dan industri hijau global,” tambahnya.
Indonesia menghadirkan holding pertambangan, Mind Id sebagai representasi konkret dari visi tersebut. Pameran ini menampilkan peta investasi hilirisasi dari Sumatera hingga Halmahera, mencakup proyek smelter nikel, alumina, dan pengembangan rare earth elements (REE), yang dikerjakan oleh Antam, Timah, dan Bukit Asam.
Menurut Siswo, kehadiran Mind Id mempertegas bagaimana diplomasi mineral kini berkembang menjadi diplomasi teknologi, inovasi, dan keberlanjutan. "Kita berupaya mengundang dunia untuk bersama-sama merancang masa depan industri pertambangan yang lebih berkelanjutan,” ujar Siswo.
Selanjutnya: Pendapatan dan Laba Gajah Tunggal (GJTL) Kompak Turun, Cermati Prospeknya dari Analis
Menarik Dibaca: Tanpa Repot, Bugar Lewat Senam Ringan Banyak Manfaatnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













