kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesia Diharapkan Tidak Lagi Impor KRL Mulai 2025


Kamis, 09 Maret 2023 / 16:57 WIB
Indonesia Diharapkan Tidak Lagi Impor KRL Mulai 2025
ILUSTRASI. Kementerian BUMN angkat bicara terkait rencana impor kereta rel listrik (KRL) bekas untuk menggantikan sejumlah KRL Jabodetabek


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - BANYUWANGI. Kementerian BUMN angkat bicara terkait rencana impor kereta rel listrik (KRL) bekas untuk menggantikan sejumlah KRL Jabodetabek yang akan pensiun tahun ini.

Wakil Menteri BUMN II Kartiko Wirjoatmodjo menyampaikan, pemerintah melalui Kementerian BUMN, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan Kemenko Marves telah sepakat untuk mengizinkan impor KRL bekas dari Jepang.

Impor tersebut untuk mengisi masa transisi sebelum KRL buatan PT INKA (Persero) selesai pada awal 2025 mendatang. PT KAI Commuter (KCI) sendiri menyebut bahwa terdapat 29 rangkaian KRL Jabodetabek yang harus dipensiunkan pada 2023-2024.

Baca Juga: INKA dan KCI Teken Kontrak Pengadaan 16 Rangkaian KRL Senilai Rp 3,8 Triliun

Kartiko pun menyadari bahwa kebutuhan terhadap KRL sangat tinggi, sebab banyak masyarakat yang bergantung pada transportasi berbasis rel tersebut. Jumlah penumpang KRL di Jabodetabek mencapai 1 juta orang sebelum pandemi Covid-19 dan sempat turun menjadi kisaran 800.000 orang saat pandemi melanda Indonesia. Namun, jumlah penumpang KRL dipastikan bakal kembali melonjak seiring berakhirnya PPKM.

“Diharapkan pada 2025 nanti Indonesia tidak lagi bergantung pada kereta impor,” kata dia dalam konferensi pers, Kamis (9/3).

Ia menambahkan, proses pembuatan KRL oleh INKA tidaklah mudah. Pasalnya, KRL memiliki spesifikasi mesin yang lebih kompleks. Produk KRL pun harus memiliki realibilitas yang tinggi dan bisa digunakan dalam waktu jangka panjang.

Pemerintah juga berusaha untuk terus mendorong peningkatan level Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) untuk sektor kereta api. Saat ini, komponen kereta api yang cukup menantang untuk diproduksi di dalam negeri antara lain mesin penggerak dan software.

Lantas, pemerintah berupaya mencari beberapa partner dari luar negeri untuk bisa bekerja sama dengan INKA terkait alih teknologi dalam pembuatan berbagai jenis kereta api, termasuk KRL.

“Harapannya pada 2025 dan seterusnya nanti minimal TKDN kereta api bisa ke kisaran 70%--80% atau bahkan 90%,” jelas Kartiko.

Asal tahu saja, INKA baru saja menandatangani kontrak pengadaan KRL dengan KCI sebanyak 16 train set atau rangkaian. Satu rangkaian KRL terdiri 12 kereta. Adapun nilai kontrak pengadaan ini mencapai Rp 3,8 triliun.

Baca Juga: Soal Rencana Impor KRL, Ini Kata Kementerian Perindustrian

Ditemui dalam kesempatan yang sama, Vice President Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba mengaku, sampai saat ini pihaknya belum merealisasikan impor KRL bekas atau bukan baru. KCI masih menunggu hasil audit dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebelum mengeksekusi rencana impor tersebut.

Sayangnya, Anne tidak bisa blak-blakan menginformasikan kapan proses audit BPKP selesai. Yang terang, KCI mengklaim sudah mendapat dukungan dari pemerintah untuk melakukan impor kereta bukan baru.

“Untuk impor ini sudah ada solusi dari pemerintah, jadi kami tunggu (audit dari BPKP). Saat ini kami belum pesan,” pungkas dia, Kamis (9/3).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×