Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama dengan Kementerian Investasi dan Kementerian Peindustrian akan mendorong investasi industri turunan untuk memproses katoda tembaga. Hal ini menyusul prediksi adanya kelebihan produksi katoda tembaga di 2025 mendatang.
Sebagai informasi, pada 2025 smelter domestik akan memproduksi hingga 1,1 juta ton katoda tembaga yang akan berasal dari smelter PTS-Gresik, smelter Amman Mineral yang akan efektif di 2024 dan smelter PT Freeport Indonesia (PTFI). Sementara itu, permintaan katoda tembaga dari Indonesia baru akan mencapai 300.000 ton. Maka itu akan ada kelebihan 70% katoda tembaga yang akan diekspor.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, pihaknya akan memanggil industri turunan untuk memproses katoda tembaga karena masih banyak lagi turunan dari produk tersebut.
“Itulah diupayakan oleh kita bersama-sama terutama menteri investasi dan menteri perindustrian.” jelasnya saat ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (14/10).
Baca Juga: Freeport Indonesia (PTFI) Akan Kembali Gelontorkan Investasi US$ 20 Miliar
Menurutnya, permintaan tembaga akan tinggi dan harganya juga sedag bagus. Adapun tembaga merupakan bahan strategis untuk mendukung transisi energi karena mineral ini akan menjadi bahan utama membuat kabel yang befungsi sebagai transmisi.
“Bagaimana kita misalnya mengirim energi bersih tanpa ada kabel. Nah untuk itu pasti demandnya akan tinggi,” terangnya.
Arifin bilang, saat ini industri kabel sudah ada di dalam negeri. Adapun kebutuhan tembaga untuk industri lainnya seperti otomotif maupun elektronik akan terus meningkat.
Sebelumnya, Rachmat Makkasau, Direktur Utama Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) menjelaskan, salah satu isu yang dihadapi di dalam negeri ialah belum maksimalnya penyerapan tembaga sehingga pada 2025 nanti akan ada 70% hasil produksi katoda tembaga di dalam negeri yang akan diekspor. Sedangkan sisanya 30% dari kapasitas produksi baru bisa diserap oleh industri lokal.
“Tentu ini menjadi isu yang cukup besar karena 70% akan diekspor dan dinikmati negara lain. Sebenarnya hal ini juga bisa menjadi peluang bagi siapapun (industri dalam negeri) yang masuk di dalam industri tembaga,” terangnya dalam acara Investor Daily Summit 2022 di JCC Senayan, Rabu (12/10).
Rachmat mengatakan, industri tembaga Indonesia berkontribusi atas 3% kebutuhan tembaga di dunia. Ke depannya tembaga akan menjadi komoditas yang sangat penting karena pada dasarnya setiap kendaraan listrik membutuhkan sekitar 3 kali hingga 4 kali lipat tembaga dibandingkan mobil biasa.
Jadi kebutuhan untuk pemakaian tembaga di masa yang akan datang terutama untuk mengembangkan energi hijau, mobil listrik, pembangkit, dan lainnya sangat dibutuhkan.
Baca Juga: Amman Mineral Telah Guyur Investasi US$ 465 Juta ke Proyek Smelter Tembaga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News