kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.452.000   -12.000   -0,82%
  • USD/IDR 15.205   -60,00   -0,40%
  • IDX 7.642   114,20   1,52%
  • KOMPAS100 1.191   18,71   1,60%
  • LQ45 953   14,44   1,54%
  • ISSI 230   3,47   1,53%
  • IDX30 490   7,75   1,61%
  • IDXHIDIV20 589   10,01   1,73%
  • IDX80 136   1,84   1,38%
  • IDXV30 143   2,16   1,54%
  • IDXQ30 164   2,59   1,61%

Indorama mengejar cuan US$ 825 juta


Senin, 30 Juni 2014 / 07:09 WIB
Indorama mengejar cuan US$ 825 juta
ILUSTRASI. Harga dan spesifikasi POCO F5 atau Redmi K60.


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina

JaKARTA. Produsen tekstil PT Indorama Synthetics Tbk menargetkan penjualan bersih tahun ini US$ 825 juta. Itu berarti Indorama berharap ada pertumbuhan 8,78% dari tahun 2013. Indorama juga berharap laba kotor tahun ini US$ 70 juta, atau tumbuh 9,36% dari tahun 2013.

Perusahaan berkode INDR di Bursa Efek Indonesia ini optimistis bisa mencapai target seiring rampungnya ekspansi perluasan dua pabriknya di kuartal III dan kuartal IV tahun ini. Kedua pabrik tersebut ada di Purwakarta, Jawa Barat dan Uzbekistan. Indorama mengucurkan investasi US$ 65 juta - US$ 70 juta.

Angaran ekspansi perluasan pabrik tersebut menjadi bagian dari anggaran belanja modal tahun ini. "Selain untuk ekspansi pabrik, juga ada belanja modal rutin untuk maintainance dan operasi," ujar Vishnu Swaroop Baldwa , Presiden Direktur Indorama Synthetics, Jumat (29/6).

Indorama merancang, pasca ekspansi rampung, total kapasitas produksi benang pintal akan menjadi 85.000 ton - 95.000 ton per tahun. Sebelumnya, total kapasitas produksi benang pintal perusahaan ini 61.700 ton per tahun.

Produksi benang pintal tersebut tidak hanya berasal dari pabrik Purwakarta dan Uzbekistan. Namun juga dari dua pabrik lain yakni pabrik lain di Purwakarta juga dan pabrik di Bandung, Jawa Barat.

Selain benang pintal, keempat pabrik ini memproduksi polyester staple fiber & chips sebanyak 82.400 ton per tahun dan polyethylene terephthalate (PET) resin sebanyak 95.000 ton per tahun. Ada pula benang polyester sebanayk 100.000 ton per tahun dan kain jadi 62 juta meter per tahun. Tingkat utilisasi produksi keempat pabrik sudah 100%.

Harga jual turun

Meski optimistis bisa mengejar target, Indorama mengakui adanya tantangan dari sisi bahan baku. Dampaknya sudah tercermin di kinerja kuartal I. Dari target US$ 200 juta, hanya tercapai US$ 178,39 juta. "Karena harga bahan baku turun maka kami harus menyesuaikan harga jual produk," terang Baldwan tanpa menyebutkan persentase penurunan harga jual.

Perusahaan ini mengakui harga jual produknya bisa naik maupun turun seiring tren harga bahan baku. Asal tahu saja, belanja bahan baku berkontribusi 70% terhadap total beban produksi. Dus, "Saya juga sulit mengestimasikan di kuartal II dan selanjutnya bagaimana karena harga bahan baku naik-turun," terang Baldwa.

Beberapa bahan baku yang dimaksud seperti serat, pure terephthalic acid (PTA), mono etilena glikol (MEG) dan kain grey. Indorama mencukupi 60%-65% bahan baku produksi dari dalam negeri.

Di luar fluktuasi harga beli bahan baku, Indorama boleh dibilang masih beruntung. Perusahaan ini kebal dengan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadpa dollar Amerika Serikat (AS). Meski membeli bahan baku dalam dollar AS, harga jual produk tekstil Indorama juga dalam dollar AS.

Oleh karena itu, Indorama mengaku membidik target peningkatan kinerja yang sama dari pasar ekspor maupun lokal. Perusahaan ini juga memperkirakan sebaran pasar ekspor tahun ini sama dengan tahun lalu. Di 2013, ekspor perusahaan ini terdiri dari Eropa (38%), Amerika Selatan (18%), Asia (18%), Amerika Utara (11%) dan lain-lain (14%).

Selain itu, Indorama juga mengaku mujur lantaran memilki dua pembangkit listrik dengan tenaga 60 megawatt (MW) di pabrik Purwakarta dan Uzbekiztan. Karena itu kenaikan tarif dasar listrik (TDL) kemungkinan hanya berpengaruh di pabrik Purwakarta yang lain dan pabrik Bandung. "Tapi listrik itu hanya 1% dari total beban produksi," beber Baldwa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×