Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan bisnis tambang bauksit di dalam negeri menurut Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) masih belum berkembang seperti yang diharapkan.
Menurut Ketua APB3I, Ronald Sulistyanto pihaknya masih agak pesimis mengenai perkembangan sektor bauksit terutama hingga tahap hilirisasi. Meski begitu, dia mengatakan tidak menutup kemungkinan adanya ekspansi perusahaan-perusahaan tambang ke bauksit.
"Artinya orang yang gak punya tambang bauksit beralih ke tambang bauksit, ya ini memang bagus. Tapi kita lihat sekarang yang punya tambang bauksit saja, pada Pakta Integritas di tahun 2017 saja itu ada 11 yang belum jadi, bahkan karena keterlambatan sudah didenda oleh pemerintah," ungkap Ronald, saat dihubungi Kontan, Kamis (16/01).
Baca Juga: Antam (ANTM) Bangun Pabrik Pengolahan Logam Mulia di Gresik
Untuk diketahui, Pakta integritas adalah perjanjian yang dibuat untuk menegaskan komitmen dalam hal ini untuk melakukan pembangunan fasilitas pemurnian atau smelter bauksit di dalam negeri.
"Sekarang kalau ada wacana baru (smelter bauksit), bayangin yang 11 aja gak jadi, apalagi yang baru. Itu saya agak pesimis. Apalagi, kalau baru rencana akuisisi tambang (bauksit)," tambahnya.
Ronald menambahkan, sekalipun ada penambahan di sektor bauksit, maka akan dimulai pada tambangnya. Sedangkan potensi perkembangan hingga ke smelter masih memiliki potensi 'nanti'.
"Bisa jadi begitu, artinya akuisisi tambangnya dulu, smelternya nanti. Tapi kalau kami berharap tidak sampai hanya ke tambangnya saja, harusnya sampai ke smelternya juga," ungkap dia.
Perkembangan Tambang dan Smelter Bauksit di Indonesia
Di Indonesia, terdapat tiga emiten tambang yang memiliki tambang bauksit yaitu PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) melalui tambang bauksit Tayan di Kalimantan Barat. Yang dikelola oleh Unit Bisnis Pertambangan Bauksit Kalimantan Barat (UBP Bauksit Kalimantan Barat).
Baca Juga: Menteri ESDM Dorong Perbankan Salurkan Kredit Hilirisasi
Lalu, ada PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA), bagian dari Harita Grup memiliki tambang bauksit di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Tambang ini dikelola oleh dua anak perusahaannya, yaitu PT Harita Prima Abadi Mineral dan PT Karya Utama Tambangjaya.
PT Indika Energy Tbk (INDY) juga memiliki tambang bauksit yang dikelola oleh anak usahanya, PT Mekko Metal Mining (Mekko) di Ngabang, Landak, Kalimantan Barat.
Adapun terkait keputusan ikut terjun untuk memiliki tambang bauksit, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) belum bisa mengungkap langkah gamblang.
Meski begitu, Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava mengatakan pihaknya tidak menutup kemungkinan memperluas kapasitas ke sektor mineral lain.
"Bumi telah menyatakan niatnya sejak lama untuk tetap menggunakan batubara namun tidak memperluas kapasitas dan terus maju di bidang-bidang seperti batubara menjadi bahan kimia. Dan proyek non batubara di bidang logam & mineral," jawabnya saat dihubungi Kontan, Kamis (16/01).
Dari kepemilikan smelter, perusahaan tambang BUMN, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) beberapa waktu lalu mengungkap Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 1 yang merupakan kolaborasi dengan Antam di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, akan mulai beroperasi penuh pada awal 2025.
Smelter ini diklaim dapat memproduksi 1 jula ton alumina ini dibutuhkan bahan baku 3,3 juta ton bauksit per tahun.
Sementara, smelter bauksit lainnya di Indonesia dimiliki oleh beberapa perusahaan, di antaranya, PT Indonesia Chemical Alumina (ICA), PT Well Harvest Winning Alumina Refinery, dan PT Bintan Alumina Indonesia.
Baca Juga: Masih Jadi Kendala, Pengusaha Smelter Minta Satgas Hilirisasi Pangkas Perizinan
Di tahun 2024, smelter milik PT Borneo Alumina Indonesia ungkap Ronald harusnya sudah bisa beroperasi sehingga smelter bauksit dalam negeri bertambah.
"Kita anggap penambahan di 2024 saja ya, misalnya Borneo Alumina saja itu sampai sekarang belum produksi," ungkap dia.
Secara keseluruhan, perkembangan hilirisasi bauksit tahun 2025 diprediksi masih belum sesuai harapan.
"Belum menggembirakan perkembangannya menurut saya," tutupnya.
Selanjutnya: FDA Usulkan Pembatasan Kadar Nikotin pada Rokok dan Produk Tembakau Lainnya
Menarik Dibaca: Libido Turun Usai Bersalin? Ini 5 Cara Meningkatkan Gairah Seksual Setelah Melahirkan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News